Sutarmanto-Jaket Kulit Kalong, Bogor; 30 x 30 cm (not for sale) |
Wednesday, October 28, 2015
Sunday, October 18, 2015
Penari Legong (Bali)
Penari Legong
"Tari Legong", plywood 9mm, size: 47 x 60 cm (tampak samping) |
1. Kisah Prabu Lasem.
2. Kisah Subali dan Sugriwa.
3. Kisah Legod Bawa.
4. Kisah Burung Kuntul/Bangau.
5. Kisah Calonarang.
6. Kisah Palayon.
7. Kisah Chandrakanta, dan lain-lain.
Untuk informasi lebih jauh, isa di-akses ke: https://id.wikipedia.org/wiki/Legong
Sebagai contoh gambaran visual seperti apa tari legong itu, bisa diikuti video youtube (durasi kurang dari 3 menit) berikut ini, yaitu Tari Legong-Kuntul:
Sedangkan ekspresi guratan solder pada kayu (plywood) yang terbakar sebagai berikut:
Salam Pirografi,
Anjani Gallery
Monday, October 12, 2015
Daniel Di Sarang Singa
Latar Cerita
Kisahnya, adalah seorang bernama
Daniel yang hidup abad ke-6 SM di jaman Babilonia pada masa pemerintahan Raja
Darius yang orang Media. Daniel adalah satu dari tiga pejabat tinggi kerajaan, dia pejabat raja yang sangat disegani. Oleh karena kesuksesannya, para pejabat kerajaan
yang non-Yahudi sangat cemburu terhadap kinerja Daniel dan mereka bersekongkol mencari
akal untuk menjatuhkan atau menyingkirkan Daniel.
Upaya mereka berhasil membujuk dan
menjebak Raja Darius agar raja mau menerbitkan fatwa (dekrit) tentang larangan
sembahyang selama 30 hari kepada Allah apa pun kecuali hanya kepada raja saja. Bagi
siapa pun yang ketahuan melanggar fatwa itu, dia harus dihukum dengan dijebloskan
ke goa singa.
Dari pengintaian para pejabat raja yang dengki itu, ketahuan bahwa Daniel setiap
hari tetap sembahyang kepada Allahnya, walaupun fatwa raja sudah melarangnya. Akhirnya
Daniel dilaporkan ke raja dan hukuman harus konsisten dijatuhkan kepadanya. Walaupun Daniel seorang pejabat/pembesar kerajaan sekalipun, hukuman harus berjalan. Meskipun Raja
Darius sebenarnya sangat menyesal atas kasus ini, tapi raja tidak mungkin membatalkan
fatwanya. Daniel harus tetap menjalani hukuman dimasukkan ke penjara atau tepatnya
sebuah goa yang berisi singa-singa lapar.
Karena keyakinan Daniel kepada
Allahnya, walaupun dia berada di sarang singa, Daniel terbebas dari terkaman singa-singa
lapar tersebut. Allah telah mengutus malaikatNya untuk mengatupkan
rahang-rahang singa agar tidak memakan Daniel. Akhirnya Daniel pun dikeluarkan
kembali dari sarang singa, dan sejak peristiwa itu diketahui, raja pun menulis
fatwa baru agar semua penduduk mulai saat itu takut dan percaya kepada Allah
yang disembah Daniel. (Sumber cerita: Kitab Perjanjian
Lama, Daniel 6:1-29)
Pelajaran yang diperoleh: Allah yang Daniel sembah terbukti berkuasa atas hidup Daniel, sehingga
orang lain akhirnya percaya kepada Allah yang Daniel sembah. Jadi, adalah keliru kalau kita berlagak sok
jagoan untuk membuktikan bahwa diri kita berkuasa terhadap hidup orang lain supaya
orang lain mau menyembah kepada Allah yang kita sembah.
Lukisan “Daniel In Lion’s Den” (Dalam Berbagai Versi)
Dalam
Wikipedia (https://en.wikipedia.org/wiki/Daniel_in_the_lions%27_den) ada lukisan dalam 2 versi, yaitu Daniel dilukiskan masih
berusia muda (dilukis oleh Peter Paul Rubens, 1615) dan Daniel digambarkan dalam usia tua (dilukis oleh Briton Riviere, 1890).
Sebenarnya ada banyak versi lukisan yang bertema Daniel di sarang singa dan versi-versi itu tergantung dari latar-belakang dan preferensi senimannya dalam menafsirkan latar ceritanya. Ada yang versi Daniel muda vs. Daniel tua, ada versi lukisan menampakkan malaikat, ada yang tanpa malaikat, ada yang menggambar sarang singa (lion's den) berupa goa berdinding batu alamiah, ada juga yang berdinding batu tertata bikinan manusia disertai jeruji besi, ada yang menggambarkan lobang/pintu di bagian atas goa, tapi ada juga yang menggambarkan lobang/pintu di samping, ada versi pakaian Yahudi, ada yang versi Mesir, ada yang versi Arab, ada yang versi pejabat kerajaan, dan lain-lain versi.
Pirografi Daniel Di Sarang Singa Versi Anjani-Gallery
“Daniel Di Sarang Singa”, 60x94 cm (not for sale) |
Pirografi "Daniel Di Sarang Singa" Dilihat Dari Samping |
Sunday, October 11, 2015
Video Proses Melukis Potret
Kali ini kita akan membahas proses dalam melukis foto atau potret wajah. Beberapa hal yang harus disiapkan dalam melukis potret wajah seseorang adalah sebagai berikut:
1. Sediakan print-out foto/potret wajah yang akan dilukis. Disarankan potret tersebut mesti yang cukup jelas atau tajam, atau memiliki resolusi byte yang tinggi.
2. Berdasarkan print-out foto aslinya, lalu dibuatlah sketsa atau desain/mal/pola dalam media lukis (kayu atau plywood). Sketsa atau draft dibuat secara manual dengan menggunakan pensil, atau jika ukuran lukisan tidak terlalu besar dan muat selebar kertas printer, desain bisa di-blat dengan kertas karbon dari print-out foto, atau print-out bisa disetrika pada kayu untuk memindahkan desain/mal. Silahkan dibaca bagaimana teknik meng-copy desain ke media kayu pada artikel sebelumnya di blog ini.
3. Desain atau mal yang dibuat dengan pensil tersebut sebaiknya cukup berupa garis besarnya (outline drawing) dan tidak perlu diarsir sepenuhnya seperti gambar aslinya, karena terlalu banyak coretan desain pada media kayu akan membuat media kotor dan membekas. Kita paham bahwa untuk detail lukisan akan dilakukan dengan solder/alat bakar. Gambar-1 adalah salah satu contoh lukisan potret dan foto original sebagai sumber ide lukisan, yang dibuat Anjani Gallery. Tampilan lukisan potret bisa persis sama sesuai dengan setting foto aslinya, tapi juga bisa dikreasi tertentu sesuai yang diinginkan si pelukisnya.
4. Selanjutnya mulailah melukis garis besar obyek lukisan dulu (Outline Drawing) dengan memakai solder/alat-bakar. Torehan outline-drawing ini sebaiknya tidak perlu dilakukan dengan garis-garis yang tebal, cukup dengan tipis-tipis saja, yang penting proporsi obyek dan batas-batas yang akan dilukis sudah kelihatan di kayu/plywood.
5. Setelah itu baru dilanjut dengan Shading, yaitu memoles atau mengarsir bagian-bagian yang perlu dipertegas dengan mempertimbangkan aspek Cahaya dan Bayangan.
Berikut ini 7 video pilihan dari youtube tentang proses melukis foto atau potret wajah yang bisa kita pelajari bersama.
1. Sediakan print-out foto/potret wajah yang akan dilukis. Disarankan potret tersebut mesti yang cukup jelas atau tajam, atau memiliki resolusi byte yang tinggi.
Gambar-1: Lukisan Potret dan Foto Sumber Idenya |
3. Desain atau mal yang dibuat dengan pensil tersebut sebaiknya cukup berupa garis besarnya (outline drawing) dan tidak perlu diarsir sepenuhnya seperti gambar aslinya, karena terlalu banyak coretan desain pada media kayu akan membuat media kotor dan membekas. Kita paham bahwa untuk detail lukisan akan dilakukan dengan solder/alat bakar. Gambar-1 adalah salah satu contoh lukisan potret dan foto original sebagai sumber ide lukisan, yang dibuat Anjani Gallery. Tampilan lukisan potret bisa persis sama sesuai dengan setting foto aslinya, tapi juga bisa dikreasi tertentu sesuai yang diinginkan si pelukisnya.
4. Selanjutnya mulailah melukis garis besar obyek lukisan dulu (Outline Drawing) dengan memakai solder/alat-bakar. Torehan outline-drawing ini sebaiknya tidak perlu dilakukan dengan garis-garis yang tebal, cukup dengan tipis-tipis saja, yang penting proporsi obyek dan batas-batas yang akan dilukis sudah kelihatan di kayu/plywood.
5. Setelah itu baru dilanjut dengan Shading, yaitu memoles atau mengarsir bagian-bagian yang perlu dipertegas dengan mempertimbangkan aspek Cahaya dan Bayangan.
Berikut ini 7 video pilihan dari youtube tentang proses melukis foto atau potret wajah yang bisa kita pelajari bersama.
Jean Bouick melukis Gadis Kecil Naik Sepeda, dengan sketsa desain garis besar:
Katy Perry melukis Potret Cewek dengan sketsa semi penuh:
King Willem Alexander, melukis mata potret lelaki, dimulai dengan garis besar yang tipis dan dilanjut dengan penegasan atau penebalan bagian-bagian tertentu:
Jean Bouick melukis foto Chuno (Slave Hunter) dengan sketsa garis besar:
Juan Carlos Gonzalez melukis rambut cewek, dengan sangat detail dan hati-hati sekali:
Minisa Robinson melukis Potret Diri, dimulai dari arsiran tipis garis besarnya, lalu dipertebal atau dipertegas setelah batas-batas obyeknya jelas. Latar belakang foto yang gelap bisa membantu menonjolkan obyek lukisan yang nampak cerah:
Brian Molko melukis foto wajah dengan memakai teknik Pointilis, yaitu berupa titik-titik hitam yang intensitas kerapatannya diatur sedemikian rupa. Teknik ini sebenarnya sangat cocok dipakai untuk pirografi yang hanya mengandalkan alat berupa Solder listrik biasa atau pirografi dengan sumber panas dari matahari, dimana sangat terbatas dalam melakukan shading secara sempurna:
Salam Pirografi !!!
Anjani Gallery/Okt-2015.
Tuesday, October 6, 2015
Temptation of Christ
Suatu lukisan pirografi berjudul: “Temptation of Christ” digarap oleh Anjani Gallery di awal Oktober ini diilhami oleh lukisan karya Vasily Ivanovich Surikov tahun 1872. Surikov merupakan pelukis sejarah terbaik di jamannya, yang lahir di Krasnoyarsk, Siberia, Rusia tahun 1848. Selain sebagai pelukis sejarah terbaik, karyanya juga banyak berupa lukisan potret, dan dia merupakan “outstanding master” dalam hal komposisi dan pewarnaan.
Saat ini foto-foto dirinya banyak menghiasi museum-museum seni terbaik di sekitar Rusia, Belarus, dan Ukraina, serta beberapa museum lainnya.
Untuk mengenal lebih jauh terhadap Surikov, bisa akses ke link berikut https://en.wikipedia.org/wiki/Vasily_Surikov
"Temptation of Christ", plywood 9 mm, ukuran 34 x 45 cm (SOLD) |
Salam Pirografi !!!
Anjani Gallery/Okt-2015.
Thursday, October 1, 2015
BER-PIROGRAFI ITU MUDAH
Salam Pirografi...
Berpirografi, bahkan lebih mudah dibanding melukis dengan cat-air, cat-minyak, atau cat-acrylic. Lebih mudah juga daripada saat mulai menggambar. Jadi kalau Anda sama-sekali tidak bisa menggambar, jangan khawatir (bahasa anak gaul sekarang: Jangan Galau). Kenapa? Karena dalam dunia seni saat ini sudah banyak desain, mal, pola (pattern) yang tersedia. Jadi bagi pemula yang memang sama sekali tidak bisa menggambar, akan sangat tertolong dengan pola/pattern tersebut. Jangan malu untuk membuat pola, pattern, desain, mal. Karena, seorang yang sudah master pirografi pun tetap butuh mal/desain/pattern sebelum memulai pirografinya. Hanya bedanya, si master bisa berkreasi lebih jauh dalam desain, sedangkan pemula (untuk sementara) hanya perlu patuh mengikuti desain/pattern yang sudah tersedia. Jadi untuk pembelajar awal, mohon bebaskan dulu keinginan untuk berinovasi, tapi cukup ikuti dulu desain atau draft/mal yang sudah difoto-copy.
Galeri kami mendapat beberapa pertanyaan terkait dengan masalah kemampuan seseorang dalam menggambar. Bagaimana jika kita mau mulai ber-pirografi kalau kita tidak punya kemampuan sama sekali dalam menggambar? Benarkah tidak bisa menggambar itu masalah besar untuk memulai berpirografi?Sebenarnya untuk memulai pirografi, itu sangat mudah, tinggal ada kemauan belajar atau tidak.
Draft gambar Ikan Imajiner (tanpa desain, mengikuti alur natural) |
Berpirografi, bahkan lebih mudah dibanding melukis dengan cat-air, cat-minyak, atau cat-acrylic. Lebih mudah juga daripada saat mulai menggambar. Jadi kalau Anda sama-sekali tidak bisa menggambar, jangan khawatir (bahasa anak gaul sekarang: Jangan Galau). Kenapa? Karena dalam dunia seni saat ini sudah banyak desain, mal, pola (pattern) yang tersedia. Jadi bagi pemula yang memang sama sekali tidak bisa menggambar, akan sangat tertolong dengan pola/pattern tersebut. Jangan malu untuk membuat pola, pattern, desain, mal. Karena, seorang yang sudah master pirografi pun tetap butuh mal/desain/pattern sebelum memulai pirografinya. Hanya bedanya, si master bisa berkreasi lebih jauh dalam desain, sedangkan pemula (untuk sementara) hanya perlu patuh mengikuti desain/pattern yang sudah tersedia. Jadi untuk pembelajar awal, mohon bebaskan dulu keinginan untuk berinovasi, tapi cukup ikuti dulu desain atau draft/mal yang sudah difoto-copy.
Pirografi Ikan Imajiner, 65x65 cm |
Jadi, untuk mulai proyek pirografi, Anda cukup menjalankan 6 langkah saja, dan selanjutnya Anda sudah bisa menjadi pyrographer pemula. Ikuti 6 langkah praktis berikut ini.
1. Beli Alat Solder (Pena pirografi yang biasa dulu saja).
Solder listrik biasa ini banyak dijual di toko-toko elektronik atau toko bangunan. Alat khusus (wood burning tool) yang memang untuk seni pirografi untuk sementara belum kita perlukan, karena namanya kita masih sekedar coba-coba atau sebagai pemula (beginner). Harga solder listrik biasa termurah tidak lebih dari Rp.20.000 (tanpa merk juga tidak apa-apa), bisa juga yang harganya sampai ratusan ribu. Pilihlah solder yang paling murah dulu untuk memulainya, nanti kalau sudah kecanduan dan ingin berkembang lebih jauh, baru beli wood burning tool yang harganya ratusan ribu sampai jutaan.
2. Beli Plywood dan Amplas Secukupnya.
Beli plywood, atau orang awam menyebutnya Triplek. Triplek itu berasal dari kata Three + Ply atau 3 lapisan, atau plywood untuk ketebalan yang paling bawah, tebalnya sekitar 3 – 5 mm), belum perlu beli yang Multi+Ply (lebih dari 3 lapisan), atau plywood yang tebalnya bisa di atas 8 mm.
Tidak perlu beli lembaran besar atau lebar, atau beli triplek utuh yang ukuran 122 x 244 cm (kecuali mau dipakai untuk stock). Cukup beli eceran saja, potongan lembaran ukuran kecil-kecil, misalnya 20 x 30 cm, atau 30 x 40 cm. Harganya tidak lebih dari Rp.10.000,-/lembar.
Belilah triplek yang permukaan rata, serat kayunya kelihatan rata, warna permukaan kayu putih/terang.
Untuk menghaluskan permukaan triplek, perlu beli amplas halus, eceran sekitar Rp.5000,-
3. Cari dan Download Desain Gambar (Ini disarankan bagi pemula yang memang tidak bisa menggambar sama sekali)
Sebagai contoh, misalnya gambar bunga ini bisa dipakai sebagai desain gambar Anda untuk mulai ber-pirografi. Jika Anda ingin desain gambar yang lainnya, link address berikut ini banyak berisi pola atau pattern gambar yang bisa dipilih untuk di-download, dan dipakai untuk Anda memulai ber-pirografi selanjutnya. Hanya kami perlu menegaskan, mohon diperhatikan hak copy dari gambar tertentu apabila hendak memakai gambar dari download sumber tertentu.
4. Cetaklah (print, atau foto copy) desain gambar di atas pada kertas HVS atau kertas stiker.
5. Pindahkan desain gambar dari kertas ke Triplek.
Ada 2 cara: (1). Desain di kertas stiker ditempelkan di triplek lalu diseterika; atau (2). Jika gambar tadi dicopy di kertas biasa, desain kertas ditempelkan di triplek lalu antara kertas dan triplek disisipi kertas karbon dan desain gambar “di-blat” dengan pensil. Sebagai catatan, ingat bahwa bekas mal karbon biasanya susah dihapus di triplek, oleh karena itu, membikin blat-nya jangan terlalu tebal, cukup tipis-tipis saja, yang terpenting sudah bisa nampak draft gambar di triplek.
Video youtube yang berisi panduan bagaimana menyeterika desain gambar ke kayu.
Video youtube berisi panduan bagaimana “nge-blat” desain gambar dengan kertas karbon.
6. Mulailah membakar atau mempirografi triplek mengikuti desain gambar dengan solder.
Mulailah menggambar outline (garis besar atau batas-batas besaran sesuai desain gambar). Setelah selesai seluruh outline (jika Anda cukup terlatih selanjutnya), lalu lanjutkan dengan menambahkan “Shading” (bayangan) yaitu teknik coretan atau polesan yang memberi image gambar lebih real.
Dalam hal membuat shading, caranya adalah dengan memperhatikan aspek Cahaya (ada area gambar yang harus terang dan ada yang harus gelap tergantung sinar dtangnya dari arah mana), dan efek dari cahaya adalah berupa Bayangan. Anggap saja misalnya cahaya datang dari sebelah kiri contoh gambar bunga di atas, maka pada area gambar bunga sebelah kiri harus lebih terang dan area sebelah kanan harus lebih gelap, lalu di sebelah kanan harus ada arsiran yang lebih gelap sebagai bayangan dari bunga. Dengan menyelesaikan langkah 6 ini, jadi deh gambarnya.
Sekedar sebagai catatan untuk keamanan dan keselamatan dalam menggambar dengan solder, disarankan Anda memakai kaos tangan (pakai saja yang termurah hanya Rp.10.000-) agar terhindar dari panas uap/asap, dan jangan lupa pakai masker penutup muka (paling Rp.2.000,-) untuk penyaring asap/uap agar tidak terhirup Anda.
Jika gambarnya sudah selesai, Anda bisa meng-amplas kembali agar hasilnya lebih halus atau tanpa diamplas sama sekali. Jika diinginkan, Anda juga bisa menambahkan warna tertentu dengan stabilo, cat-air, atau cat acrylic, atau pewarna lainnya. Anda juga bisa melapisi gambar dengan vernis agar mengkilap dan terlindung, atau dibiarkan saja agar terkesan natural. Anda bisa juga mem-bingkai gambar atau cukup pakai stand-holder saja.
Dari langkah 1 sampai 6, hanya dengan modal uang kurang dari Rp.50.000,- Anda sudah bisa membuat lukisan pirografi. Lakukanlah berulang-ulang sebagai latihan dan mengembangkan-diri dengan mempelajari karya-karya orang lain. Jangan takut untuk mencoba hal-hal yang baru (ber-eksperimen), dalam menggambar/melukis tidak ada istilah tabu salah.
Percayalah bahwa tidak ada satu pun seniman di dunia ini yang begitu lahir langsung menjadi seniman. Untuk “menjadi” (to be) professional, tidak ada istilah "tiba-tiba" (ujug-ujug/suddently). Semua hal ada prosesnya, tidak ada istilah "Mak Jegagik" jadi ahli (istilah Jawa). Orang seringkali tidak melihat proses, seringkali proses pembentukan (to being) biasanya sangat jarang disaksikan atau ter-ekspos oleh publik. Publik tahunya hanya “Ayam-Goreng” si Anu itu enak dan laris. Publik tidak pernah tahu bagaimana mereka mulai memilih ayamnya, cara memotong, menguji-coba bumbunya dan pengolahannya di dapur, dan itu pun tidak sedikit terjadi gagal dan dicoba lagi, sampai suatu saat secara bertahap banyak orang mencicip berkata bahwa ayam-goreng itu memang enak.
Salam Pirografi !!!
WN/Anjani Gallery/Okt-2015.
Solar-Pyrography
Hallo sahabat galeri, apa kabar di awal Oktober ini? Walaupun di beberapa daerah sudah mulai sekali dua kali turun hujan, namun panasnya matahari masih tetap terasa di sana-sini. Tidak sedikit orang di sekitar kita yang mengeluh atau mengumpat pada saat di siang hari bolong terbakar oleh terik panasnya matahari. Pada waktu tertentu kita juga sadar, bahwa matahari adalah berkat, demikian juga hujan. Yang diperlukan manusia sebenarnya adalah hidup dalam keseimbangan.
Umpatan dan keluhan terhadap kabut-asap yang belakangan ini terjadi misalnya, adalah contoh dampak dari kehidupan manusia yang tidak-seimbang (dalam bahasa umumnya manusia sedang tidak harmonis dengan alam).
Baiklah, sahabat, di tengah-tengah stres yang dihadapi saudara-saudara kita yang sedang bergumul dengan kabut-asap, yang di sana-sini bergumul dengan sumber air yang sudah menipis, yang bergumul tentang pembangunan sumber enerji berkelanjutan, strategi mengatasi "Climate Change", air bersih, dan beberapa target dan indikator dari SDGs (Sustainable Development Goals) yang tanggal 25 - 27 September 2015 lalu diperbincangkan banyak utusan negara di PBB, Anjani Gallery kali ini akan menyinggung soal matahari sebagai sumber enerji dalam berkarya seni pirografi.
Dalam beberapa tahun terakhir, bahkan sampai saat ini, paling tidak dari pantauan di media-sosial, seringkali didengar keluhan tentang listrik padam, PLN mati, PLN ngadat, PLN itu Perusahaan Lilin Negara, dan lain-lain keluhan yang maksud sebenarnya adalah tidak tersedia aliran listrik (sementara waktu). Dan sepertinya sudah bukan hal yang aneh lagi terdengar di negeri ini. Sementara di sisi lain, untuk
melakukan aktivitas pirografi di saat ini jelas tergantung pada aliran listrik,
karena perlu sejumlah Watt untuk memanaskan alat pirografi atau solder.
Beberapa wilayah tertentu di pelosok pedesaan di Indonesia bahkan masih banyak
yang belum tersentuh oleh aliran listrik sama sekali. Tentu situasi tanpa aliran listrik
ini akan sangat mengganggu aktivitas dalam pengerjaan pirografi. Untuk itu, agar tetap bisa berkarya seni, Solar-Pyrography bisa memberi solusi ini.
Solar-Pyrography selain lebih hemat (tanpa biaya listrik), juga bisa dikerjakan
dimana pun kita berada, tanpa tergantung pada keberadaan aliran listrik (tentu
hanya bisa dilakukan di siang hari). Anak-anak atau para insan yang tinggal di
ujung kampung dan pelosok negeri dan dengan bahan-bahan kayu lokal pun tetap
bisa berkarya seni pirografi.
Hal yang membuat "hidup" dari suatu karya seni pirografi adalah karena adanya shading dan detailing. Teknik shading bisa memainkan warna kayu, yaitu: putih (warna dasar kayu), krem atau coklat muda, coklat-tua, dan hitam (obyek terbakar sepenuhnya). Sementara untuk solar pyrography akan lebih mengalami kesulitan untuk memainkan warna atau mempraktekkan teknik shading. Yang kebanyakan terlihat adalah permainan "blocking-area", hitam dan tidak ada gradasi antara putih dan hitam, atau bahkan hanya sekedar outlining (garis-garis hitam saja). Teknik detailing juga akan mengalami kesulitan karena getar tangan dalam memfokuskan kaca pembesar cenderung akan kurang akurat ke obyek. Untuk mengatasi detailing ini, memang sangat mutlak diperlukan desain/mal yang detail/rinci, yang mana garis-garis pada desain bisa memandu kita secara perlahan dan hati-hati dalam proses pemanasan. Gambar kepala kuda karya Julie Bender adalah contoh pirografi dengan teknik shading dan detailing yang sangat bagus, oleh karena itu tidak heran kalau karya-karya Julie Bender bisa mencapai harga,4.000 Poundsterling (atau sekitar Rp.89 juta) per lembarnya walaupun ukurannya tidak besar. Lebih lengkapnya ulasan karya dia bisa dilihat di: http://www.dailymail.co.uk/news/article-2106657/Wood-believe-The-stunning-artwork-created-burned-layers-maple.html
Lalu bagaimana caranya agar solar-pyrography bisa terkoreksi kualitasnya, secara khusus untuk memainkan teknik shading? Untuk melakukan polesan atau usapan yang bisa menggambarkan gradasi warna (gelap-terang), jelas sedikit kemungkinan di solar-pyrography. Satu-satu teknik yang bisa digunakan adalah dengan memainkan teknik "Pointing", yaitu membuat titik-titik tertentu, dimana besar dan kecilnya titik, serta kerapatan titik diatur sedemikian rupa untuk menggantikan image gradasi atau memanipulasi teknik shading. Gambar "Little Anjani" yang ada di Anjani Gallery, terutama jika kita amati pada bagian wajah, adalah contoh penggunaan teknik "Pointing". Gambar ini memang dibuat tidak menggunakan sumber-panas matahari, tapi menggunakan solder listrik biasa, dimana alat solder biasa ini hanya bisa dipakai untuk membuat titik (point) dan garis (line). Dengan teknik pointing ini, gradasi antara gelap dan terang masih bisa kita mainkan walaupun kita menggunakan solar pyrography.
Baiklah, sahabat, di tengah-tengah stres yang dihadapi saudara-saudara kita yang sedang bergumul dengan kabut-asap, yang di sana-sini bergumul dengan sumber air yang sudah menipis, yang bergumul tentang pembangunan sumber enerji berkelanjutan, strategi mengatasi "Climate Change", air bersih, dan beberapa target dan indikator dari SDGs (Sustainable Development Goals) yang tanggal 25 - 27 September 2015 lalu diperbincangkan banyak utusan negara di PBB, Anjani Gallery kali ini akan menyinggung soal matahari sebagai sumber enerji dalam berkarya seni pirografi.
Suatu fenomena yang
menarik untuk disimak sejenak tentang seni pirografi yang menggunakan enerji matahari.
Di provinsi Mountain, Filipina,adalah seorang seniman pirografi bernama Jordan
Mang-osan (yang jelas dia bukan saudaranya Mang Ibing dari Sunda). Jordan
Mang-osan menggeluti seni pirografi ini sejak umur 19 tahun, dia biasanya memakai
bahan-bahan lokal dan menggunakan kaca pembesar (kaca-fokus) untuk mendapatkan sumber
panas dari matahari, atau untuk gampangnya, sebut saja Solar-Pyrography. Topik ini sudah pernah disinggung dalam tulisan sebelumnya di blog ini tentang: “Mengenal Seni Pirografi". Lihat juga: http://www.visualnews.com/2014/10/07/painting-sun-solar-pyrography-drawings-jordan-mang-osan/
Mang-osan dan karyanya |
Beberapa contoh video lainnya bisa diakses di link berikut ini:
https://www.youtube.com/watch?v=_Bo2JcSYOW4
Contoh gambar Burung Hantu sederhana.
https://www.youtube.com/watch?v=Fd5I-SU84L0
Contoh gambar Ikan Duyung dikombinasi dengan materi tambahan berupa kulit kerang sebagai seni tradisional.
https://www.youtube.com/watch?v=lYN57-L5ay0
Contoh karya Atabey seni tradisional tentang Taino mythology dari Caribbean.
https://www.youtube.com/watch?v=jyY5ON_td2I
Contoh gambar monster udang dari Jake Duncan, San Diego)
https://www.youtube.com/watch?v=_Bo2JcSYOW4
Contoh gambar Burung Hantu sederhana.
https://www.youtube.com/watch?v=Fd5I-SU84L0
Contoh gambar Ikan Duyung dikombinasi dengan materi tambahan berupa kulit kerang sebagai seni tradisional.
https://www.youtube.com/watch?v=lYN57-L5ay0
Contoh karya Atabey seni tradisional tentang Taino mythology dari Caribbean.
https://www.youtube.com/watch?v=jyY5ON_td2I
Contoh gambar monster udang dari Jake Duncan, San Diego)
Hal yang perlu dicermati dari beberapa contoh karya seni solar-pyrography di atas adalah mengenai teknis Shading (gradasi polesan untuk memberikan image bayangan dan sinar) dan Detailing (goresan atau coretan pada lukisan yang rinci dan tegas terhadap suatu obyek tertentu). Secara teoritis, ketika kita bicara soal Carving (umumnya dipahami sebagai memahat/mengukir) kita bicara tentang tekstur kayu dan kontur obyek, bicara soal Painting (umumnya dipahami sebagai melukis), kita bicara soal keahlian dalam pencampuran warna (color mixing), bica soal Drawing (umumnya dipahani sebagai menggambar), kita bicara soal outlining atau arsiran garis-garis. Untuk seni pirografi, bisa mencakup ketiganya (carving, painting, drawing), dan secara khusus pada pirografi lebih menonjol unsur Shading dan Detailing.
"Kepala Kuda" karya Julie Bender |
"Little Anjani" |
Demikian sharing singkat dari galeri tentang solar-pyrography dan beberapa tips untuk mengatasi kelemahannya. Semoga ini bermanfaat bagi kita semua.
Salam Pirografi !!!
Anjani Gallery/Okt-2015.
Tuesday, September 29, 2015
PIROGRAFI SEBAGAI TERAPI PSIKIS
Pengantar
Pirografi karya Anjani Gallery "Javanese Blade" |
(1). Kalau saat ini Anjani Gallery mengangkat tema bahasan tentang pirografi dihubungkan dengan psikologi, sepertinya akan ada banyak rasa penasaran dari teman-teman pembaca. “Sensasi apa yang akan dibahas galeri lukisan-bakar ini ?” demikian kira-kira ungkapan rasa penasaran yang muncul. Apa hubungannya Pirografi dengan Psikologi? Jawaban yang paling sederhana adalah Pirografi dan Psikologi itu sama-sama berhuruf awal “P”, dan hubungan antara keduanya "baik-baik saja”.
(2). Dalam dunia psikologi dikenal istilah Terapi Okupasi (occupational therapy), yaitu pengkajian dan pengobatan untuk mengembangkan, memulihkan, atau mempertahankan hidup dan ketrampilan kerja sehari-hari kepada seseorang yang mengalami gangguan fisik, mental, atau kognitif. Petugas Terapi Okupasi juga akan fokus pada mengidentifikasi dan menghilangkan hal-hal yang menghalangi kebebasan dan partisipasi seseorang dalam kegiatan sehari-hari. Terapi okupasi bisa menggunakan berbagai cara, salah satu cara yang dipakai adalah terapi seni. Maksudnya adalah terapi psikologis yang menggunakan media seni. Seni di sini bisa dalam arti luas, bisa seni musik, seni rupa (termasuk seni lukis, menggambar, seni patung, dll), seni sastra, seni tari, dll.
(3). Pirografi, yang arti lugasnya "menulis
dengan api", atau sebutan jaman dulu adalah “pokerwork”, dikenal luas pada abad
17 dan bahkan sebenarnya sudah dikenal sebagai bagian dari Seni Tua dalam
painting, drawing dan carving sejak jaman Mesir-Kuno (tahun 660 SM). Di jaman Fir'aun, pirografi selain dikenal sebagai bentuk seni, orang-orang Mesir kuno memakai media pembakaran kayu (wood-burning) kegiatan membakar kayu untuk menghasilkan asap dan wangi-wangian dipercaya sebagai cara
untuk penyembuhan orang-orang dengan penyakit tertentu. Oleh karena di sini pirografi dikenal bentuk kegiatan Seni Tua, maka dengan sendirinya pirografi menjadi bagian dari psikologis untuk Terapi-Seni.
(4). Harus diakui, tulisan dalam blog ini memang
bukan dirancang untuk mengunggah Jurnal Ilmiah (Scientific Journal), dan bukan
pula untuk bicara mendalam tentang aspek psikologi. Blog ini dirancang sebagai media berbagi
informasi, pengalaman pembelajaran, dan berbagi karya seni pirografi. Dengan
demikian, apa yang ditulis berikut ini hanyalah sebagai informasi selintas yang terkait
dengan dan terpusat sekitar pirografi, dan bukan untuk dikritisi dari
perspektif dan ranah psikologis secara ilmiah.
Pentingnya Terapi Seni
(5). Dalam psikologi, untuk melakukan pengkajian (assessment) dan penyembuhan (healing) bagi orang-orang yang sedang “terganggu” (gangguan fisik dan terutama mental), salah satu caranya adalah dengan menggunakan Seni (maksudnya "Seni sebagai Terapi"), yaitu proses kreatif yang dapat membantu orang untuk meningkatkan wawasan, mengatasi stress, bekerja melalui pengalaman traumatis, meningkatkan kognitif, memori dan kemampuan neuro-sensorik, meningkatkan hubungan interpersonal dan mencapai lebih besar untuk pemenuhan diri (atau awam mengenalnya sebagai aktualisasi diri). Tujuan dari terapi seni pada dasarnya adalah penyembuhan terhadap si “terganggu” tadi. Dalam terapi seni, gambar dunia batin si “terganggu”, yaitu suasana kebatinan, perasaan, pikiran, dan ide-idenya adalah hal yang paling utama dan penting yang didapat dari pengalaman hidupnya. Gambar dunia batin si "terganggu" ini perlu dianalisa oleh petugas terapis dan selanjutnya dikembangkan pendekatan & cara-cara untuk penyembuhan terhadap kondisi psikis si "terganggu".
(6). Dalam suatu diskusi Indonesian Street Art Database beberapa waktu lalu, beberapa
narasumber menjelaskan bahwa terapi seni dapat mengubah keadaan diri seseorang
dari kurang baik (dalam arti kondisi psikisnya) menjadi lebih baik. Seperti misalnya Seni Grafiti (street art, mural)
untuk mencurahkan isi hati mampu menjadi kegiatan self healing (penyembuhan
diri). Hanya sayangnya sangat sedikit pusat-pusat pendidikan psikologi yang memasukkan
terapi seni untuk orang-orang dengan disabilitas atau “terganggu”. Program
pemerintah saat ini juga masih sangat minim dalam pengembangan terapi seni. Minimnya
pengembangan terapi seni dapat dilihat dari agenda pemerintah yang kurang
sensitif terhadap fungsi seni. Pemerintah nampaknya lebih mengutamakan pengembangan kognitif
dan religi daripada seni.
Beberapa referensi tentang Anthropocene bisa diikuti di sini:
https://en.wikipedia.org/wiki/Anthropocene
https://www.nationalgeographic.org/encyclopedia/anthropocene/
https://www.anthroencyclopedia.com/entry/anthropocene
https://www.merriam-webster.com/dictionary/Anthropocene
https://www.nhm.ac.uk/discover/what-is-the-anthropocene.html
https://www.smithsonianmag.com/science-nature/what-is-the-anthropocene-and-are-we-in-it-164801414/
(8). Kembali ke topik di atas, nampaknya pirografi sebagai cara terapi jiwa ini mengalami nasib yang mirip dengan pengalaman Galieo yang pada jaman itu banyak ditentang para ilmuwan dan rohaniwan. Masalahnya waktu itu adalah Galileo terlalu dini menjelaskan teori heliosentrime (bahwa matahari sebagai pusat dan bumi mengelilingi matahari) di tengah jaman dan masyarakat yang menganut teori homosentrisme (bumi sebagai pusat dan matahari mengelilingi / mengitari bumi). Walaupun istilah Terapi-Seni oleh beberapa ilmuwan masih sering diperdebatkan, namun akhirnya belakangan ini oleh banyak praktisi makin jelas menggunakan dan mengadopsi, apalagi kalau dijelaskan dengan terminologi neuro-science. “Penjelasan tentang Terapi-Seni kalau diutarakan dengan tema Neuro-science dapat menjadi lebih konkret, berorientasi tujuan dan berbasis hasil (termonitor dan terukur). Apakah diterima atau tidak, sedikitnya penjelasan ini adalah lebih bagus walau masih tetap diperdebatkan. Dari perspektif ini, terapi seni menjadi liniear, prosesnya jelas, lebih bisa dijamin ketepatannya, selain juga bisa dilakukan dengan cara yang murah”, demikian penjelasan dari Noah Hass Cohen, Art Therapist dan Ahli Neuroscience Klinis.
Pirografi Galileo karya Joseph Smith,1824 |
“Selama ini mahasiswa maupun profesi psikolog lebih banyak dikenalkan pada pendidikan dan latihan dengan terapi yang masih bersifat konvensional. Terapi seni yang dikembangkan oleh Witruk telah dipraktikkan terhadap anak-anak korban tsunami di Aceh. Terapi seni yang dilakukan kepada anak-anak korban tsunami Aceh ini cukup berhasil untuk memulihkan kembali (recovery) kondisi psikis mereka pasca Tsunami," kata Adiyanti, Ketua Program Studi Magister Psikologi Profesi, Fakultas Psikologi UGM.
(10). Di Singapura bahkan ada sekolah khusus pembekalan bagi Art Therapist bergelar Master of Art. Program studi mereka merupakan kerjasama ANZATA (Australia dan Selandia Baru Association Terapi Seni) yang mendidik dan memberkali kemampuan mahasiswanya untuk memperoleh AThR mereka (yaitu sertifikat terapis seni terdaftar di Australia, Selandia Baru dan Singapura). Lulusannya juga berhak untuk mengajukan permohonan pendaftaran di Inggris melalui HPC (Dewan Profesi Kesehatan), dan, dengan jam supervisi yang cukup, selanjutnya lulusan dapat mengajukan permohonan untuk ATR (terdaftar sebagai terapis seni di Amerika Utara) melalui ATCB (Dewan Terapi Seni Kredensial). Lulusan juga dianjurkan untuk mengejar keanggotaan mahasiswa di salah satu dari organisasi profesi selain ATAS (Art Therapist 'Association Singapore).
(11). Pegawai psikologi Bagian Pengurusan Sumber-daya Manusia Kementerian Penerangan, Komunikasi dan Kebudayaan, Malaysia, Mohd Faeez Zakaria menyatakan bahwa Terapi Seni merupakan terapi psikologi melalui lukisan, tarian dan drama untuk mendiognasis masalah penderita. Pendekatan ini kini banyak dipraktekkan di berbagai rumah-sakit di Malaysia. "Cara ini dapat membantu doktor dan pakar psikologi mengenal-pasti masalah pesakit dan dapat memberikan rawatan yang tepat terutama bagi pesakit yang tidak mampu meluahkan masalah atau menceritakan sesuatu peristiwa yang menyakitkan hati mereka," kata Zakaria .
(11). Pegawai psikologi Bagian Pengurusan Sumber-daya Manusia Kementerian Penerangan, Komunikasi dan Kebudayaan, Malaysia, Mohd Faeez Zakaria menyatakan bahwa Terapi Seni merupakan terapi psikologi melalui lukisan, tarian dan drama untuk mendiognasis masalah penderita. Pendekatan ini kini banyak dipraktekkan di berbagai rumah-sakit di Malaysia. "Cara ini dapat membantu doktor dan pakar psikologi mengenal-pasti masalah pesakit dan dapat memberikan rawatan yang tepat terutama bagi pesakit yang tidak mampu meluahkan masalah atau menceritakan sesuatu peristiwa yang menyakitkan hati mereka," kata Zakaria .
(12).
Menurut US Department Veterans Affairs, terapi seni sangat penting karena dapat
digunakan untuk mengobati dan menilai kecemasan, depresi, penyalahgunaan obat
terlarang, kecanduan, trauma dan masalah mental dan emosional lainnya dari seorang veteran perang. Seni punya
kekuatan untuk memasuki wilayah ketidak-sadaran seseorang dan mendapatkan akses
ke emosi, serta pengalaman yang terkubur jauh di dalam ingatan otak, tanpa
harus orang itu menjadi seniman yang handal. Terapi seni sekaligus juga
bisa memberikan selingan yang menyenangkan bagi orang yang menderita kesulitan
jiwa dan traumatis. Seni dapat mengurangi mati rasa bersosial dan membantu
membangun kembali fungsi sosial seseorang. Karya seni juga bisa berfungsi
sebagai rekaman-visual dan bukti kondisi mental seseorang, tetapi juga dapat
berfungsi sebagai wadah untuk kondisi emosi yang sulit.
(13). Lain lagi dengan pengalaman mantan pasien RSJ-Magelang, Widiyanto, melukis telah menjadi salah satu cara terapi untuk
kesembuhannya dari gangguan jiwa. Sebelumnya, sudah berpuluh kali dia keluar-masuk RSJ dan terakhir dia sembuh karena dia melukis selama di RSJ. Lukisan-lukisan hasil karyanya indah dan tertata rapi
di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Dr Soerojo-Magelang. Lukisan itu ada yang masih
dilukis dalam bentuk sketsa pensil, ada yang sudah dibingkai dan diwarnai
dengan bagus.
(14).
Lembaga Pemasyarakatan Krobokan di DIY juga menyediakan fasilitas seni bagi para
napinya untuk melukis yang dipandu oleh relawan asing. Tujuannya selain untuk
menjaga kesehatan mental selama di penjara, juga sebagai media penyaluran bakat
seni. Beberapa hasil karya para napi ini bahkan sudah pernah dipamerkan di
galeri seni di Kuta dan Ubud-Bali dan beberapa lainnya sudah dibeli oleh
kolektor dengan harga jutaan.
(15).
David Gussak, PhD, ATR-BC, yaitu professor dan pimpinan Florida State
University Department of Art Education menyatakan bahwa dia mendukung program seni di penjara karena bisa mengurangi
kecemasan, stress, rasa takut dan menggantinya dengan keterampilan yang sehat
dan kebutuhan kesehatan mental yang baik, terapi ini sangat eksploratif dengan pelatih yang
profesional.
(16). Terapi seni dapat juga menawarkan penghiburan dari rasa sakit-fisik dan membantu membangkitkan syaraf-syaraf kesembuhan tertentu. Sastrawan serba bisa Putu Wijaya banyak melakukan aktivitas melukis dengan maksud agar aktivitasnya tidak mati, karyanya berjalan terus dan otak akan terus berpikir. "Kegiatan ini membuat membuat kita lebih segar," kata Putu. Melukis ini sebagai terapi stroke dan ini terinspirasi dari pengalaman pelukis ternama Adam Lay yang sudah mengalaminya sendiri.
Apa Lebihnya Pirografi Sebagai Pilihan Terapi ?
(17). Walaupun pirografi sebagai salah satu cara terapi psikologis
sampai saat ini masih banyak diperdebatkan, namun harus diakui bahwa secara
perlahan makin diterima dan para terapis mulai menaruh minat terhadap pirografi
sebagai cara untuk terapi. Dalam Pyrography e-Museum (museum elektronik) di Amerika pada bagian bertajuk Special Pyrography, banyak menyoroti topik pirografi
sebagai cara penyembuhan (Pyrography as a Healing).
(18). Aline Hoffman, PhD seorang Art Therapist sekaligus pengelola
pusat terapi psikologis Solution Alternatives, menyatakan bahwa pirografi adalah bentuk seni yang telah
memberi dia keberanian untuk melangkah dan menyatakan bahwa "ini adalah waktu
saya”. Sejak kecil dia berkeinginan menjadi
seorang seniman terfokus, tapi sampai Maret 2015, itu tidak terjadi. Saat dia
mengenal pirografi, dia melepas papan di depan rumahnya yang bertuliskan
"Hypnosis Untuk Kesehatan" (dan diganti dengan "Pirografi Untuk Kesehatan"), sebagai bukti bahwa dia memang membuat
keputusan yang tepat. Menurutnya
keputusannya untuk berpirografi tepat karena setelah banyak penelitian dan kesaksian yang dia
baca dan itu meyakinkan dia, lalu akhirnya dia membeli Razortip type SS-D10 (alat pen untuk pirografi) dan memulai berpirografi.
James William Fosdick di studio pirografi, 1894 |
(19). Di Sussex Partnership, NHS Foundation Trust, pusat terapi psikologis di Inggris,
dalam program terapinya juga memakai pirografi sebagai salah satu cara dalam
menterapi pasiennya yang mengalami Personality Disorder (gangguan kepribadian),
yaitu pola mal-adaptif berkelanjutan dari pengalaman batin, kognisi, dan
perilaku yang berdampak pada kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang
lain dan/atau sendiri dalam budaya atau cara-cara yang diharapkan).
(20). The
Champvert, klinik psikiatri yang berpusat di Perancis, adalah lembaga yang
mengakui manfaat dari terapi seni dan secara khusus mengidentifikasi pirografi
sebagai kontributor penting dari program terapi mereka terhadap pasien-pasiennya.
(21). Dalam
makalahnya "Occupational Therapy," Dr. Carmen Moratinos de Pablo
mengutip catatan bahwa terapi okupasi dimulai pertama kali sejak 660 SM, yaitu
digunakan sejak jaman Mesir kuno. Di antara kegiatan yang digunakan dalam
terapi okupasi yang modern untuk pasien penyakit jiwa, dia secara khusus
menyebutkan Pirografi.
(22). Beberapa
waktu lalu, Mixo Sydenham, seorang Art
Therapist, menyatakan bahwa alat pirografi
ternyata banyak disediakan di penjara-penjara di Australia dan di unit-unit
terapi okupasi.
(23). Helena
Walsh, seorang Art Therapist, dalam bukunya tentang pirografi antik mengenai
“Australia Pokerwork”, dia mewawancarai para orang-tua terkait dengan seni
populer pada awal abad ke-20. Dia menulis bahwa ada banyak kisah yang menyayat
hati terkait dengan cerita para veteran perang yang ingatannya terguncang
akibat pertempuran/perang yang dialaminya (di Iran, Afganistan, Vietnam, dan
lain-lain). Mereka, para veteran perang itu telah merespon positif atas manfaat
pokerwork sewaktu mereka diperkenalkan dengan alat pirografi.
(24). Pada
bulan Februari 1997, Johnathan Falch, yang saat itu seorang mahasiswa di Loma
Linda University jurusan terapi okupasi, menulis mengenai penelitiannya: "Terapi
Okupasi adalah penggunaan aktivitas tujuan atau intervensi yang mempromosikan
kesehatan dan mencapai hasil fungsional. Saya meneliti bagaimana wood-burning (pirografi) berkontribusi sekali kegiatan terapi untuk berbagai pasien yang didiagnosis dengan cacat,
mulai dari disfungsi fisik sampai penyakit mental. Sebagai contoh, untuk
mengelola wood-burning dasar seorang individu harus memiliki keselarasan
koordinasi motorik halus dan ketangkasan jari-jari mereka, harus punya persepsi
tentang kedalaman yang baik, integrasi bilateral, integrasi visual-motorik, dan
dapat memvisualisasikan perbedaan relasi yang mendasar. Dan sebenarnya masih
banyak komponen kinerja lainnya dari pirografi yang sangat bermanfaat dan bernilai
terapi. "
(25).
Dua tahun kemudian, masih di Loma Linda University, seorang siswa terapis okupasi bernama Tanya Miller
menulis: "Adalah sesuatu yang menakjubkan
jika Anda menjadi bagian khusus yang mendedikasikan-diri untuk terapi
melalui pirografi. Sebagai Therapist masa depan, kita diajarkan untuk mencari
solusi rinci untuk kegiatan yang mencakup aspek sensorik, motorik, dan komponen
psikologis. Dengan begitu kita dapat menilai apakah pasien tertentu akan
mendapat manfaat dari jenis proyek tertentu,
jenis kemampuan yang diperlukan, dan adaptasi khusus yang perlu dibuat untuk
orang tersebut. Pirografi bisa mencakup semua itu”.
(26).
Terkait dengan penggunaan pirografi sebagai cara terapi, harus diakui, walaupun
ada kebutuhan tertentu lainnya seperti kebutuhan perangkat listrik untuk mendukung
peralatan woodburning (pirografi), juga masalah jaminan keamanan jika pirografi
digunakan sebagai cara terapi, tapi nampaknya pirografi bisa jadi ide menarik dan terbukti kontributif. Secara prinsip, ada paradoks yang menarik dari pirografi
terkait dengan bahan dan proses terapi, yaitu:
(a). Pirografi berhubungan dengan Terminologi Agresifitas (melalui kondisi suhu, panas dari proses pembakaran media), dan sekaligus
(b). Pirografi berhubungan dengan Proses Meditasi (memerlukan konsentrasi yang intensif dan fokus).
Note: Bisa dibaca kembali tulisan awal di blog ini tentang "Mengenal Seni Pirografi", dimana Anjani Gallery juga sudah menjelaskan, bahwa untuk berpirografi sangat diperlukan "suasana-hati" yang nyaman, untuk bisa fokus, dan ruangan yang aman untuk mencapai hasil yang berkualitas. Ada juga blog yang
mengupas mendalam tentang Pirografi Sebagai Pendekatan Spiritual (pyrography as spiritual approach), namun tidak kita bahas dalam tulisan ini.
(27). Colleen Messina (Art Therapist) menyatakan, bahwa saat ini, metoda pembakaran kayu (Pirografi) telah bangkit kembali sebagai bentuk Seni, juga sebagai bentuk Rekreasi, dan bentuk Terapi bagi mereka yang dengan banyak penyakit. Pirografi bisa menjadi bernilai lebih dari sekedar hobi bagi orang-orang yang bermasalah secara fisik. Ada kesaksian, seorang perempuan didiagnosis dokter menderita Rheumatoid Arthritis sejak dia berusia 15 tahun. Dia sudah mencoba terapi masalah fisiknya dan terapi dokter untuk sistem sarafnya kemana-mana. Dokter memvonis bahwa ia tidak mungkin lagi bisa memiliki kehidupan yang normal. Perempuan itu tetap tidak percaya mereka dan tetap berusaha dengan semangatnya. Suatu saat perempuan tertarik dengan pirografi dan ia memutuskan untuk mencoba pirografi (pembakaran kayu) untuk mengatasi penyakit rematiknya tersebut. Setiap saat ia coba berpirografi, ia merasa ada kehangatan suhu dari alat pirografi yang merambat ke organ tubuhnya dan ditambah semangatnya yang membara untuk menghasilkan karya seni yang baik. Hasil akhir ternyata ia sembuh dari penyakitnya, bisa menjalani kehidupan secara normal dan memuaskan. "Saya telah melihat mukjizat kerja dari pirografi dalam hidup saya”, kata perempuan itu.
Penutup
Nampaknya
cukup banyak potongan-potongan premis yang terdeskripsikan di atas untuk menguatkan kontribusi
pirografi dalam terapi psikologis. Tentu masih banyak tulisan yang bisa
diperdalam dari beberapa referensi link di bawah ini. Mudah-mudahan tulisan di
atas bermanfaat selain untuk menambah
informasi pengenalan tentang pirografi, juga bisa menjadi tawaran solusi
alternatif bagi mereka yang merasa “terganggu”
hidupnya, dan bagi mereka yang ingin mengisi waktu pensiunannya (Ingat, dampak power sindrom saat pensiun) dengan kesibukan bermanfaat.
Salam
Pirografi !!!
WN/Anjani Art Gallery
Referensi:
Subscribe to:
Posts (Atom)