Friday, October 2, 2020

OKUIZOME JEPANG RASA TUMPENG SELAPANAN JAWA

 


OKUIZOME-JEPANG

Okuizome ( ), adalah salah satu ritual tradisional Jepang untuk bayi, merupakan kebiasaan /seremonial makan pertama-kali untuk bayi yang genap berumur 100 hari sejak lahir. Faktanya bayi usia 100 hari itu belum bisa makan makanan lain selain ASI. Umur segitu gigi susu bayi juga baru mulai tumbuh, jadi tradisi ini cuma pura-pura bayi disuapi makanan ke mulutnya, hanya sekedar seremonial, lalu yang makan-makan adalah ortu dan sanak-saudara yang diundang di acara tsb. (acara silaturahmi)

Maksud tradisi ini adalah untuk peringatan atau penegasan KOMITMEN agar orang-orang terdekat sekitar bayi bersedia menjamin agar kelak bayi tidak akan kelaparan dan berkecukupan gizi. Jadi, ambillah makna dan maksud positif dari tradisi Okuizome, dan bukan kon-tradiksi dengan konsep ASI-Eksklusif.

Kenapa 100 hari? Diyakini bhw 100 hari pertama setelah kelahiran (atau sekitar 3 bulan), adalah masa-masa yang paling rentan bagi bayi dan ibunya. Ini adalah masa survival tahap awal, dimana tidak boleh keluar rumah, tidak boleh dikunjungi tamu, semuanya dengan maksud agar mereka tidak mudah tertular penyakit dari luar, dan ortu bisa fokus urus bayi. Itulah sebabnya menurut etika sosialnya, pasca 3 bulan kebiasaan bayi di Jepang baru boleh dibezuk.

Tradisi seperti Okuizome (100 hari bayi) selain di Jepang juga banyak dilakukan di beberapa negara lain seperti China, Taiwan, Hong Kong, Korea, Singapura, dan beberapa di Vietnam, Myanmar, Nepal, Mongolia, dll walau dengan nama, sebutan dan variasi kontekstual yang berbeda.

Okuizome di Jepang telah dilakukan sejak Era Heian, 794-1185, saat puncak kekaisaran Jepang berada di Kyoto, dimana saat itu juga terjadi akulturasi nilai-nilai antara Budhisme, Taoisme, dan kultur China lainnya. Sejarahnya kenapa saat itu tradisi Okuizome digalakkan orang-orang intelek/berpengaruh di jaman itu, karena saat itu dilatari-belakangi banyaknya kasus bayi yang kelaparan dan kekurangan gizi. (https://en.wikipedia.org/wiki/Heian_period).

Menu pada tradisi Okuizome yang cukup popular al: Sekihan (nasi kacang merah), Nasi Takikomi (nasi yang dibumbui kecap, sayur, daging, atau seafood), Nasi Takenoko (rebung), karena rebung tumbuh sangat cepat (orang tua berharap agar kelak bayi tumbuh sehat seperti rebung). Sup Osuimono, adalah sup kaldu bening dengan Ikan. Ini berasal dari kata "Suu" yg artinya menghisap, maksudnya semoga bayi minum susu dengan baik. Atau Osuimono kuah bening Kerang, dimana cangkang kerang selalu berpasangan, maksudnya agar kelak bayi dapat pasangan hidup yang tepat. Juga ada umeboshi (buah plum kering) yang dimaksudkan agar kelak bayi akan hidup sampai tua, sampai keriput.

Selain tersedia beberapa menu makanan, dalam tradisi juga tersedia Batu-batu Kecil yang ditempel ke bibir bayi sesaat. Batu-batu kecil ini sebagai simbol dan harapan agar kelak gigi-gigi bayi kuat seperti batu. Selanjutnya untuk informasi lebih jauh tentang Okuizome, silahkan browsing berbagai sumber sendiri ya…

Menu umum Okuizome

TUMPENG SELAPANAN-JAWA

Kalau di Jepang dikenal Okuizome, di Jawa dikenal dengan istilah Selapanan, yaitu 40 hari pertama setelah kelahiran. Ini adalah masa yang rawan/rentan bagi si bayi dan ibunya, atau biasanya dihubungkan dengan masa nifas ibunya, masa pemulihan rahim ibunya, masa rentan bagi si bayi dalam penyesuaian dengan alam sekitar setelah keluar dari rahim, dan itulah sebabnya di Jawa ada istilah syukuran Selapanan Bayi dengan Tumpeng Nasi Kuning setelah hari ke 40 pasca kelahiran.

Tradisi atau upacara selamatan bayi pada usia selapan (40 hari) ala Jawa biasanya dilakukan dengan banca’an nasi kuning tumpeng. Tumpeng, adalah nasi yang disusun dalam bentuk kerucut. Kerucut itu melambangkan kerapatan jari-jari tangan yang selalu ingat Tuhan dan selalu menyembah kepada Tuhan. Nasi berwarna kuning adalah warna keagungan/kebesaran. Kata “Tumpeng” berasal dari singkatan Bahasa Jawa “yen wis metu, kudu mempeng” (kalau sudah keluar, harus berani sungguh-sungguh). Artinya Ketika sudah keluar/terlahir, harus dijalani dengan semangat, yakin, fokus, dan gak mudah putus asa.

Nasi Tumpeng ala Jawa juga dilengkapi berbagai lauk-pauk, yang semuanya merupakan simbol dengan berbagai makna dan harapan, seperti:

(1). Ayam Jago Utuh (disebut ingkung). Dibunuhnya ayam jago melambangkan sifat2 keburukan ayam jago (seperti: sok jagoan, maunya menang sendiri, selalu berkokok/sombong, sifat tidak setia) agar dikubur total. Artinya ini merupakan harapan ortu terhadap sifat-sifat bayi kelak.

(2). Ikan Lele Goreng, melambangkan ketangguhan yang sanggup hidup dalam situasi sesulit apa pun, walau tanpa air mengalir, walau hidup di dasar lumpur kolam/sungai. Agar kelak bayi bisa tangguh.

(3). Ikan Teri/Ikan Pethek (Gereh Pethek). Ikan ini hidupnya di laut dengan cara bergerombol, melambangkan sifat sosial, kebersamaan, kerukunan, bersanak. Agar bayi kelak bisa bersosial.

(4). Telur Rebus Utuh, tidak didadar, dan untuk memakannya harus dikupas secara hati2 terlebih dahulu, artinya melambangkan ajaran Jawa tentang: Tata, Titi, Titis dan Tatas, yang berarti etos kerja dalam hidup agar selalu terencana, teliti, tepat berperhitungan, dan menyelesaikan secara tuntas.

(5). Sayur Urap (sayuran yang ditaburi sambal bumbu parutan kelapa). Bumbu Urap berarti “Urip Iku Urup” (hidup itu menyala, artinya hidup harus membuat kehidupan). Sedangkan macam-macam sayuran meliputi: Kangkung berarti jinangkung yang berarti melindungi, Bayam (bayem) berarti ayem tentram, Taoge/kecambah yang berarti pertumbuhan, Kacang panjang berarti pemikiran jauh ke depan, Kluwih berarti linuwih atau bayi diharapkan mempunyai kelebihan dibanding lainnya, dll.

Tumpeng Selapanan untuk Hibki di Tokyo

Untuk informasi lebih lanjut tentang Selapanan dan berbagai variasinya, silahkan browsing sendiri ya…

Baik OKUIZOME (Japanese) maupun SELAPANAN (Javanese) pada prinsipnya bermakna/bertujuan:

  • Acara pengucapan syukur atas telah lahirnya seorang anak manusia yang baru (bayi), sekaligus acara silaturahmi antar sanak-saudara terdekat terkait kelahiran bayi tersebut.
  • Pengharapan kebaikan (dengan berbagai simbol) kepada TYME untuk kehidupan bayi kelak.

Amalgamasi (perkawinan antar bangsa/budaya) bisa saja menghasilkan Akulturasi (percampuran budaya antar bangsa). Latar-belakang, sejarah, dan kultur manusia bisa saja berbeda-beda, dan tentu berbeda pula cara-caranya berekspresi dalam pengucapan syukur dan berpengharapan.

Sepertinya terlalu dini untuk mengatakan bahwa tradisi Okuizome (ala Jepang) yang digabung dengan Tumpeng Selapanan (ala Jawa), sebagai Akulturasi. Yang jelas, fakta itu terjadi dan dilakukan dalam acara syukuran 100 hari kelahiran cucu Saya, HIBIKI, di Tokyo awal bulan ini. Apa pun itu, jika tujuannya demi kebaikan bersama umat manusia, menurut Saya OK sajalah.  

Berikut ini adalah karya Seni Bakar (Sekar) dari Anjani Gallery untuk cucu kami HIBIKI ():

Stereograf 3-D dan Bonggol Kayu

Pyro_Stereo_graphy, yaitu campuran antara kaligrafi kanji dengan berupa pirografi dengan design stereografi. Stereografi adalah gambar yang berbentuk 3-dimensi. Cara melihat gambar 3-D yang ada dalam tulisan kanji Hibiki tersebut adalah : Fokuskan titik pandang Anda di depan layar sejauh sekitar 5 cm, lalu tarik focus pandangan Anda maju atau mundur dari layar, sampai akhirya ketemu gambar 3-D nya. Jika Anda bisa menemukan, Anda akan melihat gambar berbentuk HEART (hati) di dalam tulisan kanji Hibiki ini. Jika Anda tidak bisa menemukan, bisa jadi Anda mungkin sedang mulai mengalami gangguan mata “Silindris”. Selamat mencoba menemukan 3-D.

Pyro_Stereograph HIBIKI, original product of Anjani Art Gallery

Beberapa contoh gambar stereograph bisa dilihat berikut ini (untuk latihan mendapatkan gambar stereograf di dalamnya):

Stereografi berbentuk hati

Seterografi berbentuk hati

Stereografi berbentuk bintang

Stereografi berbentuk bintang

Informasi lebih lanjut tentang Stereografi, Pirografi, Yakisugi, Wood burning art, silahkan kntak ke Anjani Art Gallery.

Salam Pirografi Indonesia
AAG/Okt-2020