Thursday, October 1, 2015

Solar-Pyrography

Hallo sahabat galeri, apa kabar di awal Oktober ini? Walaupun di beberapa daerah sudah mulai sekali dua kali turun hujan, namun panasnya matahari masih tetap terasa di sana-sini. Tidak sedikit orang di sekitar kita yang mengeluh atau mengumpat pada saat di siang hari bolong terbakar oleh terik panasnya matahari. Pada waktu tertentu kita juga sadar, bahwa matahari adalah berkat, demikian juga hujan. Yang diperlukan manusia sebenarnya adalah hidup dalam keseimbangan.
Umpatan dan keluhan terhadap kabut-asap yang belakangan ini terjadi misalnya, adalah contoh dampak dari kehidupan manusia yang tidak-seimbang (dalam bahasa umumnya manusia sedang tidak harmonis dengan alam). 

Baiklah, sahabat, di tengah-tengah stres yang dihadapi saudara-saudara kita yang sedang bergumul dengan kabut-asap, yang di sana-sini bergumul dengan sumber air yang sudah menipis, yang bergumul tentang pembangunan sumber enerji berkelanjutan, strategi mengatasi "Climate Change", air bersih, dan beberapa target dan indikator dari SDGs (Sustainable Development Goals) yang tanggal 25 - 27 September 2015 lalu diperbincangkan banyak utusan negara di PBB, Anjani Gallery kali ini akan menyinggung soal matahari sebagai sumber enerji dalam berkarya seni pirografi.


Suatu fenomena yang menarik untuk disimak sejenak tentang seni pirografi yang menggunakan enerji matahari. Di provinsi Mountain, Filipina,adalah seorang seniman pirografi bernama Jordan Mang-osan (yang jelas dia bukan saudaranya Mang Ibing dari Sunda). Jordan Mang-osan menggeluti seni pirografi ini sejak umur 19 tahun, dia biasanya memakai bahan-bahan lokal dan menggunakan kaca pembesar (kaca-fokus) untuk mendapatkan sumber panas dari matahari, atau untuk gampangnya, sebut saja Solar-Pyrography. Topik ini sudah pernah disinggung dalam tulisan sebelumnya di blog ini tentang: “Mengenal Seni Pirografi". Lihat juga: http://www.visualnews.com/2014/10/07/painting-sun-solar-pyrography-drawings-jordan-mang-osan/

Mang-osan dan karyanya
Dalam beberapa tahun terakhir, bahkan sampai saat ini, paling tidak dari pantauan di media-sosial, seringkali didengar keluhan tentang listrik padam, PLN mati, PLN ngadat, PLN itu Perusahaan Lilin Negara, dan lain-lain keluhan yang maksud sebenarnya adalah tidak tersedia aliran listrik (sementara waktu). Dan sepertinya sudah bukan hal yang aneh lagi terdengar di negeri ini. Sementara di sisi lain, untuk melakukan aktivitas pirografi di saat ini jelas tergantung pada aliran listrik, karena perlu sejumlah Watt untuk memanaskan alat pirografi atau solder. Beberapa wilayah tertentu di pelosok pedesaan di Indonesia bahkan masih banyak yang belum tersentuh oleh aliran listrik sama sekali. Tentu situasi tanpa aliran listrik ini akan sangat mengganggu aktivitas dalam pengerjaan pirografi. Untuk itu, agar tetap bisa berkarya seni, Solar-Pyrography bisa memberi solusi ini. Solar-Pyrography selain lebih hemat (tanpa biaya listrik), juga bisa dikerjakan dimana pun kita berada, tanpa tergantung pada keberadaan aliran listrik (tentu hanya bisa dilakukan di siang hari). Anak-anak atau para insan yang tinggal di ujung kampung dan pelosok negeri dan dengan bahan-bahan kayu lokal pun tetap bisa berkarya seni pirografi.

Beberapa contoh video lainnya bisa diakses di link berikut ini:

https://www.youtube.com/watch?v=_Bo2JcSYOW4
Contoh gambar Burung Hantu sederhana.

https://www.youtube.com/watch?v=Fd5I-SU84L0
Contoh gambar Ikan Duyung dikombinasi dengan materi tambahan berupa kulit kerang sebagai seni tradisional.

https://www.youtube.com/watch?v=lYN57-L5ay0
Contoh karya Atabey seni tradisional tentang Taino mythology dari Caribbean.

https://www.youtube.com/watch?v=jyY5ON_td2I
Contoh gambar monster udang dari Jake Duncan, San Diego)

Hal yang perlu dicermati dari beberapa contoh karya seni solar-pyrography di atas adalah mengenai teknis Shading (gradasi polesan untuk memberikan image bayangan dan sinar) dan Detailing (goresan atau coretan pada lukisan yang rinci dan tegas terhadap suatu obyek tertentu). Secara teoritis, ketika kita bicara soal Carving (umumnya dipahami sebagai memahat/mengukir) kita bicara tentang tekstur kayu dan kontur obyek, bicara soal Painting (umumnya dipahami sebagai melukis), kita bicara soal keahlian dalam pencampuran warna (color mixing), bica soal Drawing (umumnya dipahani sebagai menggambar), kita bicara soal outlining atau arsiran garis-garis. Untuk seni pirografi, bisa mencakup ketiganya (carving, painting, drawing), dan secara khusus pada pirografi lebih menonjol unsur Shading dan Detailing. 

"Kepala Kuda" karya Julie Bender
Hal yang membuat "hidup" dari suatu karya seni pirografi adalah karena adanya shading dan detailing. Teknik shading bisa memainkan warna kayu, yaitu: putih (warna dasar kayu), krem atau coklat muda, coklat-tua, dan hitam (obyek terbakar sepenuhnya). Sementara untuk solar pyrography akan lebih mengalami kesulitan untuk memainkan warna atau mempraktekkan teknik shading. Yang kebanyakan terlihat adalah permainan "blocking-area", hitam dan tidak ada gradasi antara putih dan hitam, atau bahkan hanya sekedar outlining (garis-garis hitam saja). Teknik detailing juga akan mengalami kesulitan karena getar tangan dalam memfokuskan kaca pembesar cenderung akan kurang akurat ke obyek. Untuk mengatasi detailing ini, memang sangat mutlak diperlukan desain/mal yang detail/rinci, yang mana garis-garis pada desain bisa memandu kita secara perlahan dan hati-hati dalam proses pemanasan. Gambar kepala kuda karya Julie Bender adalah contoh pirografi dengan teknik shading dan detailing yang sangat bagus, oleh karena itu tidak heran kalau karya-karya Julie Bender bisa mencapai harga,4.000 Poundsterling (atau sekitar Rp.89 juta) per lembarnya walaupun ukurannya tidak besar. Lebih lengkapnya ulasan karya dia bisa dilihat di:  http://www.dailymail.co.uk/news/article-2106657/Wood-believe-The-stunning-artwork-created-burned-layers-maple.html 

"Little Anjani"
Lalu bagaimana caranya agar solar-pyrography bisa terkoreksi kualitasnya, secara khusus untuk memainkan teknik shading? Untuk melakukan polesan atau usapan yang bisa menggambarkan gradasi warna (gelap-terang), jelas sedikit kemungkinan di solar-pyrography. Satu-satu teknik yang bisa digunakan adalah dengan memainkan teknik "Pointing", yaitu membuat titik-titik tertentu, dimana besar dan kecilnya titik, serta kerapatan titik diatur sedemikian rupa untuk menggantikan image gradasi atau memanipulasi teknik shading. Gambar "Little Anjani" yang ada di Anjani Gallery, terutama jika kita amati pada bagian wajah, adalah contoh penggunaan teknik "Pointing". Gambar ini memang dibuat tidak menggunakan sumber-panas matahari, tapi menggunakan solder listrik biasa, dimana alat solder biasa ini hanya bisa dipakai untuk membuat titik (point) dan garis (line). Dengan teknik pointing ini, gradasi antara gelap dan terang masih bisa kita mainkan walaupun kita menggunakan solar pyrography. 

Demikian sharing singkat dari galeri tentang solar-pyrography dan beberapa tips untuk mengatasi kelemahannya. Semoga ini bermanfaat bagi kita semua.

Salam Pirografi !!!
Anjani Gallery/Okt-2015.

No comments:

Post a Comment