Thursday, December 10, 2015

"Ahimsa Never Die"

Produk pirografi ke-87 berjudul "AHIMSA Never Die", plywood 9mm, 32x40cm
Gandhi, 32x40 cm (not for sale)
Anjani Gallery/Des-2015

"Ahok - Jakarta Famous Man"


Ahok-Jakarta Famous Man, 32x40 cm (SOLD)


Hard Fighting


Hard Fighting, 60x78cm, IDR.2.200.000

Tuesday, November 24, 2015

Pirografi Khusus Untuk GKP

Hallo Sahabat Pecinta Pirografi Indonesia, apa kabar?

Gereja Kristen Pasundan (GKP) berkantor pusat di Bandung. GKP bukan gereja kesukuan, tetapi gereja wilayah yang melayani jemaat yang tersebar di wilayah Jawa bagian Barat (Provinsi Jawa-Barat, DKI, dan Banten). Kalau dilihat sejarahnya secara singkat, GKP dirintis sejak tahun 1851, yaitu sejak didirikannya lembaga yang bernama Genootschap voor Inen Uitwendige Zending te Batavia (GIUZ) di Jakarta, oleh beberapa orang Eropa dan beberapa Lembaga Pekabaran Injil. Lembaga ini bekerjasama dengan berbagai lembaga Zendeling di Belanda, mengelola sekolah-sekolah dan pelayanan medis untuk masyarakat di Jawa bagian Barat. 

Tahun 1878 Seminari Theologia Depok didirikan (ini cikal-bakal dari STT Jakarta) oleh lembaga Nederlandsche Zendelings Vereeniging (NZV). Sekolah ini dimanfaatkan oleh NZV untuk mempersiapkan orang-orang pribumi untuk membantu dalam mengabarkan Injil.  Tahun 1879 Alkitab Perjanjian Baru terjemahan dalam bahasa Sunda diterbitkan. Tahun 1891 Alkitab lengkap dalam bahasa Sunda hasil terjemahan Zendeling S. Coolsma diterbitkan.

Tahun 1908 di Jawa Barat sudah berdiri 26 sekolah oleh NZV dengan jumlah murid 1.700 orang. Tahun 1910 Rumah Sakit Immanuel didirikan di Bandung, lalu menyusul Rumah-rumah Sakit di tempat lain seperti Cibadak dan Purwakarta untuk memberi pelayanan medis kepada masyarakat di Jawa bagian Barat.

Tahun 1915 sudah tercatat 24 Jemaat Kristen yang dilayani oleh NZV yang tersebar di Karesidenan Jawa Barat dengan jumlah anggota 2.956 jiwa. Tahun 1917 Tata Gereja yang diberi nama Atoeran Perkoempoelan Orang Kristen di Pasoendan disahkan dalam konperensi para Zendeling NZV di Jawa Barat. Tahun 1918 Pdt. Titus ditahbiskan menjadi pendeta pribumi pertama dalam rangka kegiatan NZV. Tahun 1932 Wilayah pelayanan NZV di Jawa bagian Barat sudah terdapat 5.497 orang Kristen Pribumi, keturunan China dan suku-suku lainnya.

Tanggal 14 November 1934 Gereja Kristen Pasundan menjadi gereja yang berdiri sendiri. Dr. N.A.C Slotemaker de Bruine, konsul Zending yang bertindak mewakili pimpinan NZV di negeri Belanda dalam suatu upacara di Gedung Gereja Jemaat Bandung membacakan piagam penyerahan sekaligus melantik RAD AGENG (Majelis Besar) sebagai badan pimpinan semua jemaat Kristen di Jawa Barat.

Tahun 1936 GKP yang pada waktu itu disebut de Christelijke kerk van West Java disahkan menjadi Gereja dengan status Badan Hukum. Jemaat-jemaat Pasundan merupakan jemaat campuran orang-orang Sunda, Cina dan suku-suku lainnya. Seiring dengan perkembangan jemaat asli Jawa Barat, orang-orang Tionghoa pun mulai tertarik kepada Injil dan bergabung menjadi jemaat Pasundan. Namun dengan perkembangan jemaat yang semakin pesat, dengan jumlah jemaat Tionghoa melebihi jumlah jemaat Pasundan, maka pada tahun 1938 jemaat Tionghoa mulai melepaskan diri dari keanggotaannya sebagai jemaat Pasundan dan mendirikan gereja Tionghoa. Dan berdiri Gereja Tionghoa Kie Tok Kauw Hwee (sekarang dikenal sebagai Gereja Kristen Indonesia/GKI- Jawa Barat). 

Tahun 1936 di Jawa Barat tercatat ada 36 Sekolah Dasar dengan jumlah murid: 3.866 orang, 14 Hollandsh Inlandsche School (HIS), 1 Hollandsch Chineese School, 1 Meer Uitgebreid Leger Onderwijs (MULO) dan 1 Sekolah Guru yang didirikan dan ada hubungannya dengan NZV.

Tahun 1942 Kepemimpinan GKP mulai dipegang sepenuhnya oleh orang-orang pribumi (Bumiputra) karena dalam masa pendudukan Jepang para Zendeling Belanda tidak lagi dapat melakukan kegiatannya. Pengurus Harian Rad Ageng saat itu, terdiri: Ketua Pdt. Aniroen, J.Elia sebagai Sekretaris, Martinus Abednego sebagai Bendahara dan Pdt. Kasdo Tjokrosiswondo sebagai anggota. Pada tahun ini pula NZV menyerahkan pekerjaan pelayanan dan semua harta milik seperti sekolah-sekolah dan rumah-rumah sakit kepada GKP.

Tahun 1945-1949 Pada masa transisi setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (RI), dalam keberadaan RI yang masih muda usia, terjadi pengacauan terhadap jemaat-jemaat GKP, antara lain di Cigelam, Gunung Putri dan Kampung Sawah. Banyak anggota jemaat yang terpaksa mengungsi atau pindah ke tempat-tempat lainnya.

Dalam masa itu, Pdt. J.v.d.Weg yang sudah dibebaskan dari Kamp tawanan tentara Jepang pergi kembali ke Juntikebon, dimana sebelum pendudukan tentara Jepang ia sudah bekerja disana. Setibanya di Juntikebon, beliau malah dibunuh oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Tahun 1946-1947 Kedudukan Pengurus Harian Darurat GKP dipindahkan ke Garut sehubungan dengan gencarnya pertempuran antara Pasukan RI dengan pasukan Belanda di Bandung yang menyebabkan pengungsian besar-besaran pada penduduk kota itu. 

Tahun 1951 NZV diintegrasikan ke dalam Nederlandse Hervormde Kerk (Gereja Hervormd Belanda). Sejak itu GKP berhubungan dengan NHK melalui Dewan Pekabaran Injil NHK di Oegstgeest, negeri Belanda. Pada pemberontakan DI/TII, beberapa jemaat GKP di pedesaan mengalami gangguan dan yang paling parah dialami oleh jemaat di Tamiyang, dimana Pdt. Usman Sarin ditembak mati oleh gerombolan pengacau.

Tahun 1959 GKP menjadi anggota Dewan gereja-gereja di Asia Timur (East Asian Christian Conference, yang dikemudian hari berubah menjadi Christian Conference of Asia). Pada tahun tersebut GKP tercatat ada: 32 Jemaat, dengan: 9.127 jiwa. Tahun 1961 GKP menjadi anggota Dewan gereja-gereja sedunia (World Council of Churches). Tahun 1967 GKP menjalin hubungan kerjasama dengan Presbyterian Church of New Zealand. Tahun 1968 GKP memulai hubungan kerjasama dengan Basel Mission, Swiss. Tahun 1970 GKP menjadi anggota Aliansi sedunia Gereja-gereja Reformasi (World Alliance of Reformed Churches - WARC).

Jadi secara resmi, GKP berdiri sejak tanggal 14 November 1934, yaitu jauh sebelum NKRI lahir dan pada pertengahan November 2015 GKP genap berusia 81 tahun dengan jumlah jemaat yang dilayani mencapai sekitar 30 ribu jiwa. Sedangkan GKP Jemaat-Depok berdiri pada tanggal 6 September 1953, atau sampai kini sudah berusia 62 tahun. Melayani lebih dari 800 jiwa.

Pendeta yang pernah melayani di GKP Jemaat Depok :
1. Pdt. Christian Elia (1954 – 1967)
2. Pdt. Rosi Yohandi (1967 – 1968)
3. Pdt. K. Suryanata (1968– 1974)
4. Pdt. Agustinus Atua (1974 – 1988)
5. Pdt. Sutarno, S.Th. (1989 – 1998)
6. Pdt. Lelly Frida Sundoro, S.Th, M.Pd (1999 – 2009)
7. Pdt. Supriatno, M.Th (2009 – 2010)
8. Pdt. Elsa Novita Tureay, S.Si. ( 2010 – Sekarang)

Sebagai persembahan untuk perjalanan panjang GKP pada umumnya yang sudah berusia 81 tahun, dan GKP-Depok secara khusus yang sudah berusia 62 tahun; dengan tema dan rujukan yang terambil dari kitab:
- Yohanes 21:16: "Gembalakanlah domba-dombaKu";
- 1 Petrus 5 : 2: "Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan tetapi dengan pengabdian";
Maka pada akhir November 2015 Anjani Gallery telah mempersembahkan produk pirografi yang ke-81 seperti terlihat di bawah ini untuk ulang-tahun GKP yang ke-81. 

Pada lukisan bagian KIRI terdapat gambar 2 pohon kelapa, 2 gunung yang di depannya terdapat areal persawahan. Ini adalah gambaran dari Logo-GKP secara umum.  Sedangkan pada lukisan bagian KANAN terdapat gambar bangunan gereja adalah model gedung GKP-Jemaat Depok yang terdapat di Jalan Stasiun, Depok-Lama.

Salam Pirografi Indonesia !!!
Anjani Gallery/Nov-2015

Referensi:
http://el-saydie.blogspot.co.id/2011/02/gereja-kristen-pasundan-gkp.html
http://gkpdepok.info/selayang-pandang-gkp-jemaat-depok/
https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Kristen_Pasundan
http://st291735.sitekno.com/page/36694/penutupan-gereja.html
http://www.in-christ.net/links/gkp-gereja-kristen-pasundan
https://www.facebook.com/pages/GKP-Jemaat-Depok/499178706818447

Monday, November 9, 2015

Pirografi Ibnu Sina


"Sketsa Ibnu Sina", plywood 9 mm, size: 30 x 33 cm

"Sketsa Ibnu SIna", plywood 9 mm, size:30 x 33 cm.

Friday, November 6, 2015

Anjani Birthday


"Sweet-17th of Anjani", plywood 9 mm, size: 33x 47 cm (NOT FOR SALE)


"Sweet-17th of Anjani", plywood 9 mm, size: 33x47 cm (NOT FOR SALE)

Salam Pirografi !!!
Anjani Gallery/Nov-2015

Sunday, October 18, 2015

Penari Legong (Bali)


Penari Legong
"Tari Legong", plywood 9mm, size: 47 x 60 cm (tampak samping)
Legong, adalah sekelompok jenis tarian klasik asal Bali yang memiliki kekayaan gerak yang sangat kompleks, dimana gerak itu sangat terikat dengan struktur tabuh gamelan yang mengiringinya. Sebutan Legong berasal dari kata "Leg" yang artinya gerak tari yang luwes dan lentur, dan "Gong" yang artinya gamelan (alat musik tradisional). Jadi "Legong" artinya gerak tari yang terikat (terutama tekanan atau aksentuasinya) oleh gamelan yang mengiringinya. Umumnya, Penari Legong ini selalu dilengkapi dengan Kipas sebagai alat bantu, ditarikan lebih dari 1 orang. Tari Legong dikembangkan di kraton-kraton Bali pada abad-19 dan tarian ini diciptakan pada masa pemerintahan raja Sukawati bernama I Dewa Agung Made Karna (1775-1825 M). Seorang guru legong dari desa Saba bernama I Gusti Gede Raka menuturkan bahwa legong telah ada di desanya sejak tahun 1811-M. Sampai saat ini ada sekitar 18 jenis tari legong yang dikembangkan di Bali, seperti di Gianyar, Badung, Denpasar, dan Tabanan. Lakon yang biasanya dipakai sebagai dasar tarian legong, biasanya bersumber pada cerita:
1. Kisah Prabu Lasem.
2. Kisah Subali dan Sugriwa.
3. Kisah Legod Bawa.
4. Kisah Burung Kuntul/Bangau.
5. Kisah Calonarang.
6. Kisah Palayon.
7. Kisah Chandrakanta, dan lain-lain.

Untuk informasi lebih jauh, isa di-akses ke: https://id.wikipedia.org/wiki/Legong
Sebagai contoh gambaran visual seperti apa tari legong itu, bisa diikuti video youtube (durasi kurang dari 3 menit) berikut ini, yaitu Tari Legong-Kuntul:



Sedangkan ekspresi guratan solder pada kayu (plywood) yang terbakar sebagai berikut:


Salam Pirografi,
Anjani Gallery

Monday, October 12, 2015

Daniel Di Sarang Singa

Latar Cerita


Kisahnya, adalah seorang bernama Daniel yang hidup abad ke-6 SM di jaman Babilonia pada masa pemerintahan Raja Darius yang orang Media. Daniel adalah satu dari tiga pejabat tinggi kerajaan, dia pejabat raja yang sangat disegani. Oleh karena kesuksesannya, para pejabat kerajaan yang non-Yahudi sangat cemburu terhadap kinerja Daniel dan mereka bersekongkol mencari akal untuk menjatuhkan atau menyingkirkan Daniel.

Upaya mereka berhasil membujuk dan menjebak Raja Darius agar raja mau menerbitkan fatwa (dekrit) tentang larangan sembahyang selama 30 hari kepada Allah apa pun kecuali hanya kepada raja saja. Bagi siapa pun yang ketahuan melanggar fatwa itu, dia harus dihukum dengan dijebloskan ke goa singa.



Dari pengintaian para pejabat raja yang dengki itu, ketahuan bahwa Daniel setiap hari tetap sembahyang kepada Allahnya, walaupun fatwa raja sudah melarangnya. Akhirnya Daniel dilaporkan ke raja dan hukuman harus konsisten dijatuhkan kepadanya. Walaupun Daniel seorang pejabat/pembesar kerajaan sekalipun, hukuman harus berjalan. Meskipun Raja Darius sebenarnya sangat menyesal atas kasus ini, tapi raja tidak mungkin membatalkan fatwanya. Daniel harus tetap menjalani hukuman dimasukkan ke penjara atau tepatnya sebuah goa yang berisi singa-singa lapar. 


Karena keyakinan Daniel kepada Allahnya, walaupun dia berada di sarang singa, Daniel terbebas dari terkaman singa-singa lapar tersebut. Allah telah mengutus malaikatNya untuk mengatupkan rahang-rahang singa agar tidak memakan Daniel. Akhirnya Daniel pun dikeluarkan kembali dari sarang singa, dan sejak peristiwa itu diketahui, raja pun menulis fatwa baru agar semua penduduk mulai saat itu takut dan percaya kepada Allah yang disembah Daniel. (Sumber cerita: Kitab Perjanjian Lama, Daniel 6:1-29)

Pelajaran yang diperoleh: Allah yang Daniel sembah  terbukti berkuasa atas hidup Daniel, sehingga orang lain akhirnya percaya kepada Allah yang Daniel sembah.  Jadi, adalah keliru kalau kita berlagak sok jagoan untuk membuktikan bahwa diri kita berkuasa terhadap hidup orang lain supaya orang lain mau menyembah kepada Allah yang kita sembah.  


Lukisan “Daniel In Lion’s Den” (Dalam Berbagai Versi)


Dalam Wikipedia (https://en.wikipedia.org/wiki/Daniel_in_the_lions%27_den) ada lukisan dalam 2 versi, yaitu Daniel dilukiskan masih berusia muda (dilukis oleh Peter Paul Rubens, 1615) dan Daniel digambarkan dalam usia tua (dilukis oleh Briton Riviere, 1890).  

Menurut James Montgomerry dan juga ditegaskan dalam Wikipedia, perkiraan umur Daniel waktu itu adalah di atas 80 tahun, atau sudah tergolong usia tua. 

Sebenarnya ada banyak versi lukisan yang bertema Daniel di sarang singa dan versi-versi itu tergantung dari latar-belakang dan preferensi senimannya dalam menafsirkan latar ceritanya. Ada yang versi Daniel muda vs. Daniel tua, ada versi lukisan menampakkan malaikat, ada yang tanpa malaikat, ada yang menggambar sarang singa (lion's den) berupa goa berdinding batu alamiah, ada juga yang berdinding batu tertata bikinan manusia disertai jeruji besi, ada yang menggambarkan lobang/pintu di bagian atas goa, tapi ada juga yang menggambarkan lobang/pintu di samping, ada versi pakaian Yahudi, ada yang versi Mesir, ada yang versi Arab, ada yang versi pejabat kerajaan, dan lain-lain versi. 

Pirografi Daniel Di Sarang Singa Versi Anjani-Gallery

“Daniel Di Sarang Singa”, 60x94 cm (not for sale)

Pirografi "Daniel Di Sarang Singa" Dilihat Dari Samping

Sunday, October 11, 2015

Video Proses Melukis Potret

Kali ini kita akan membahas proses dalam melukis foto atau potret wajah. Beberapa hal yang harus disiapkan dalam melukis potret wajah seseorang adalah sebagai berikut:

1. Sediakan print-out foto/potret wajah yang akan dilukis. Disarankan potret tersebut mesti yang cukup jelas atau tajam, atau memiliki resolusi byte yang tinggi.


Gambar-1: Lukisan Potret dan Foto Sumber Idenya
2. Berdasarkan print-out foto aslinya, lalu dibuatlah sketsa atau desain/mal/pola dalam media lukis (kayu atau plywood). Sketsa atau draft dibuat secara manual dengan menggunakan pensil, atau jika ukuran lukisan tidak terlalu besar dan muat selebar kertas printer, desain bisa di-blat dengan kertas karbon dari print-out foto, atau print-out bisa disetrika pada kayu untuk memindahkan desain/mal. Silahkan dibaca bagaimana teknik meng-copy desain ke media kayu pada artikel sebelumnya di blog ini.

3. Desain atau mal yang dibuat dengan pensil tersebut sebaiknya cukup berupa garis besarnya (outline drawing) dan tidak perlu diarsir sepenuhnya seperti gambar aslinya, karena terlalu banyak coretan desain pada media kayu akan membuat media kotor dan membekas. Kita paham bahwa untuk detail lukisan akan dilakukan dengan solder/alat bakar. Gambar-1 adalah salah satu contoh lukisan potret dan foto original sebagai sumber ide lukisan, yang dibuat Anjani Gallery. Tampilan lukisan potret bisa persis sama sesuai dengan setting foto aslinya, tapi juga bisa dikreasi tertentu sesuai yang diinginkan si pelukisnya.

4. Selanjutnya mulailah melukis garis besar obyek lukisan dulu (Outline Drawing) dengan memakai solder/alat-bakar. Torehan outline-drawing ini sebaiknya tidak perlu dilakukan dengan garis-garis yang tebal, cukup dengan tipis-tipis saja, yang penting proporsi obyek dan batas-batas yang akan dilukis sudah kelihatan di kayu/plywood. 

5. Setelah itu baru dilanjut dengan Shading, yaitu memoles atau mengarsir bagian-bagian yang perlu dipertegas dengan mempertimbangkan aspek Cahaya dan Bayangan.

Berikut ini 7 video pilihan dari youtube tentang proses melukis foto atau potret wajah yang bisa kita pelajari bersama. 



Jean Bouick melukis Gadis Kecil Naik Sepeda, dengan sketsa desain garis besar:

Katy Perry melukis Potret Cewek dengan sketsa semi penuh:


King Willem Alexander, melukis mata potret lelaki, dimulai dengan garis besar yang tipis dan dilanjut dengan penegasan atau penebalan bagian-bagian tertentu:


Jean Bouick melukis foto Chuno (Slave Hunter) dengan sketsa garis besar:


Juan Carlos Gonzalez melukis rambut cewek, dengan sangat detail dan hati-hati sekali:


 Minisa Robinson melukis Potret Diri, dimulai dari arsiran tipis garis besarnya, lalu dipertebal atau dipertegas setelah batas-batas obyeknya jelas. Latar belakang foto yang gelap bisa membantu menonjolkan obyek lukisan yang nampak cerah: 


Brian Molko melukis foto wajah dengan memakai teknik Pointilis, yaitu berupa titik-titik hitam yang intensitas kerapatannya diatur sedemikian rupa. Teknik ini sebenarnya sangat cocok dipakai untuk  pirografi yang hanya mengandalkan alat berupa Solder listrik biasa atau pirografi dengan sumber panas dari matahari, dimana sangat terbatas dalam melakukan shading secara sempurna:


Salam Pirografi !!!
Anjani Gallery/Okt-2015.

Tuesday, October 6, 2015

Temptation of Christ


Suatu lukisan pirografi berjudul: “Temptation of Christ” digarap oleh Anjani Gallery di awal Oktober ini diilhami oleh lukisan karya Vasily Ivanovich Surikov tahun 1872. Surikov merupakan pelukis sejarah terbaik di jamannya, yang lahir di Krasnoyarsk, Siberia, Rusia tahun 1848. Selain sebagai pelukis sejarah terbaik, karyanya juga banyak berupa lukisan potret, dan dia merupakan “outstanding master” dalam hal komposisi dan pewarnaan.

Saat ini foto-foto dirinya banyak menghiasi museum-museum seni terbaik di sekitar Rusia, Belarus, dan Ukraina, serta beberapa museum lainnya.


Untuk mengenal lebih jauh terhadap Surikov, bisa akses ke link berikut https://en.wikipedia.org/wiki/Vasily_Surikov 


"Temptation of Christ", plywood 9 mm, ukuran 34 x 45 cm (SOLD)

Salam Pirografi !!!

Anjani Gallery/Okt-2015.

Thursday, October 1, 2015

BER-PIROGRAFI ITU MUDAH

Salam Pirografi...

Galeri kami mendapat beberapa pertanyaan terkait dengan masalah kemampuan seseorang dalam menggambar. Bagaimana jika kita mau mulai ber-pirografi kalau kita tidak punya kemampuan sama sekali dalam menggambar? Benarkah tidak bisa menggambar itu masalah besar untuk memulai berpirografi?Sebenarnya untuk memulai pirografi, itu sangat mudah, tinggal ada kemauan belajar atau tidak. 
Draft gambar Ikan Imajiner (tanpa desain, mengikuti alur natural)

Berpirografi, bahkan lebih mudah dibanding melukis dengan cat-air, cat-minyak, atau cat-acrylic. Lebih mudah juga daripada saat mulai menggambar. Jadi kalau Anda sama-sekali tidak bisa menggambar, jangan khawatir (bahasa anak gaul sekarang: Jangan Galau). Kenapa? Karena dalam dunia seni saat ini sudah banyak desain, mal, pola (pattern) yang tersedia. Jadi bagi pemula yang memang sama sekali tidak bisa menggambar, akan sangat tertolong dengan pola/pattern tersebut. Jangan malu untuk membuat pola, pattern, desain, mal. Karena, seorang yang sudah master pirografi pun tetap butuh mal/desain/pattern sebelum memulai pirografinya. Hanya bedanya, si master bisa berkreasi lebih jauh dalam desain, sedangkan pemula (untuk sementara) hanya perlu patuh mengikuti desain/pattern yang sudah tersedia. Jadi untuk pembelajar awal, mohon bebaskan dulu keinginan untuk berinovasi, tapi cukup ikuti dulu desain atau draft/mal yang sudah difoto-copy.
Pirografi Ikan Imajiner, 65x65 cm

Jadi, untuk mulai proyek pirografi, Anda cukup menjalankan 6 langkah saja, dan selanjutnya Anda sudah bisa menjadi pyrographer pemula. Ikuti 6 langkah praktis berikut ini.

1. Beli Alat Solder (Pena pirografi yang biasa dulu saja).  
Solder listrik biasa ini banyak dijual di toko-toko elektronik atau toko bangunan. Alat khusus (wood burning tool) yang memang untuk seni pirografi untuk sementara belum kita perlukan, karena namanya kita masih sekedar coba-coba atau sebagai pemula (beginner). Harga solder listrik biasa termurah tidak lebih dari Rp.20.000 (tanpa merk juga tidak apa-apa), bisa juga yang harganya sampai ratusan ribu. Pilihlah solder yang paling murah dulu untuk memulainya, nanti kalau sudah kecanduan dan ingin berkembang lebih jauh, baru beli wood burning tool yang harganya ratusan ribu sampai jutaan.

2. Beli  Plywood dan Amplas Secukupnya.
Beli plywood, atau orang awam menyebutnya Triplek. Triplek itu berasal dari kata Three + Ply atau 3 lapisan, atau plywood untuk ketebalan yang paling bawah, tebalnya sekitar 3 – 5 mm), belum perlu beli yang Multi+Ply (lebih dari 3 lapisan), atau plywood yang  tebalnya bisa di atas 8 mm.

Tidak perlu beli lembaran besar atau lebar, atau beli triplek utuh yang ukuran 122 x 244 cm (kecuali mau dipakai untuk stock). Cukup beli eceran saja, potongan lembaran ukuran kecil-kecil, misalnya 20 x 30 cm, atau 30 x 40 cm. Harganya tidak lebih dari Rp.10.000,-/lembar.

Belilah triplek yang permukaan rata, serat kayunya kelihatan rata, warna permukaan kayu putih/terang.
Untuk menghaluskan permukaan triplek, perlu beli amplas halus, eceran sekitar Rp.5000,- 


3. Cari dan Download Desain Gambar (Ini disarankan bagi pemula yang memang tidak bisa menggambar sama sekali)
Sebagai contoh, misalnya gambar bunga ini bisa dipakai sebagai desain gambar Anda untuk mulai ber-pirografi. Jika Anda ingin desain gambar yang lainnya, link address berikut ini banyak berisi pola atau pattern gambar yang bisa dipilih untuk di-download, dan dipakai untuk Anda memulai ber-pirografi selanjutnya. Hanya kami perlu menegaskan, mohon diperhatikan hak copy dari gambar tertentu apabila hendak memakai gambar dari download sumber tertentu.

4. Cetaklah (print, atau foto copy) desain gambar di atas pada kertas HVS atau kertas stiker.

5. Pindahkan desain gambar dari kertas ke Triplek
Ada 2 cara: (1). Desain di kertas stiker ditempelkan di triplek lalu diseterika; atau (2). Jika gambar tadi dicopy di kertas biasa, desain kertas ditempelkan di triplek lalu antara kertas dan triplek disisipi kertas karbon dan desain gambar “di-blat” dengan pensil. Sebagai catatan, ingat bahwa bekas mal karbon biasanya susah dihapus di triplek, oleh karena itu, membikin blat-nya jangan terlalu tebal, cukup tipis-tipis saja, yang terpenting sudah bisa nampak draft gambar di triplek.

Video youtube yang berisi panduan bagaimana menyeterika desain gambar ke kayu.

Video youtube berisi panduan bagaimana “nge-blat” desain gambar dengan kertas karbon.

6. Mulailah membakar atau mempirografi triplek mengikuti desain gambar dengan solder.

Mulailah menggambar outline (garis besar atau batas-batas besaran sesuai desain gambar). Setelah selesai seluruh outline (jika Anda cukup terlatih selanjutnya), lalu lanjutkan dengan menambahkan “Shading” (bayangan) yaitu teknik coretan atau polesan yang memberi image gambar lebih real.

Dalam hal membuat shading, caranya adalah dengan memperhatikan aspek Cahaya (ada area gambar yang harus terang dan ada yang harus gelap tergantung sinar dtangnya dari arah mana), dan efek dari cahaya adalah berupa Bayangan. Anggap saja misalnya cahaya datang dari sebelah kiri contoh gambar bunga di atas, maka pada area gambar bunga sebelah kiri harus lebih terang dan area sebelah kanan harus lebih gelap, lalu di sebelah kanan harus ada arsiran yang lebih gelap sebagai bayangan dari bunga. Dengan menyelesaikan langkah 6 ini, jadi deh gambarnya. 

Sekedar sebagai catatan untuk keamanan dan keselamatan dalam menggambar dengan solder, disarankan Anda memakai kaos tangan (pakai saja yang termurah hanya Rp.10.000-) agar terhindar dari panas uap/asap, dan jangan lupa pakai masker penutup muka (paling Rp.2.000,-) untuk penyaring asap/uap agar tidak terhirup Anda.
Draft awal pirografi Tari Legong (mencontoh model)

Jika gambarnya sudah selesai, Anda bisa meng-amplas kembali agar hasilnya lebih halus atau tanpa diamplas sama sekali. Jika diinginkan, Anda juga bisa menambahkan warna tertentu dengan stabilo, cat-air, atau cat acrylic, atau pewarna lainnya. Anda juga bisa melapisi gambar dengan vernis agar mengkilap dan terlindung, atau dibiarkan saja agar terkesan natural. Anda bisa juga mem-bingkai gambar atau cukup pakai stand-holder saja.
Pirografi Tari Legong, 50x60 cm (Latar & ornamen improvisasi)

Dari langkah 1 sampai 6, hanya dengan modal uang kurang dari Rp.50.000,- Anda sudah bisa membuat lukisan pirografi. Lakukanlah berulang-ulang sebagai latihan dan mengembangkan-diri dengan mempelajari karya-karya orang lain. Jangan takut untuk mencoba hal-hal yang baru (ber-eksperimen), dalam menggambar/melukis tidak ada istilah tabu salah.

Percayalah bahwa tidak ada satu pun seniman di dunia ini yang begitu lahir langsung menjadi seniman. Untuk “menjadi” (to be) professional, tidak ada istilah "tiba-tiba" (ujug-ujug/suddently). Semua hal ada prosesnya, tidak ada istilah "Mak Jegagik" jadi ahli (istilah Jawa). Orang seringkali tidak melihat proses, seringkali proses pembentukan (to being) biasanya sangat jarang disaksikan atau ter-ekspos oleh publik. Publik tahunya hanya “Ayam-Goreng” si Anu itu enak dan laris. Publik tidak pernah tahu bagaimana mereka mulai memilih ayamnya, cara memotong, menguji-coba bumbunya dan pengolahannya di dapur, dan itu pun tidak sedikit terjadi gagal dan dicoba lagi, sampai suatu saat secara bertahap banyak orang mencicip berkata bahwa ayam-goreng itu memang enak. 

Salam Pirografi !!!
WN/Anjani Gallery/Okt-2015.

Solar-Pyrography

Hallo sahabat galeri, apa kabar di awal Oktober ini? Walaupun di beberapa daerah sudah mulai sekali dua kali turun hujan, namun panasnya matahari masih tetap terasa di sana-sini. Tidak sedikit orang di sekitar kita yang mengeluh atau mengumpat pada saat di siang hari bolong terbakar oleh terik panasnya matahari. Pada waktu tertentu kita juga sadar, bahwa matahari adalah berkat, demikian juga hujan. Yang diperlukan manusia sebenarnya adalah hidup dalam keseimbangan.
Umpatan dan keluhan terhadap kabut-asap yang belakangan ini terjadi misalnya, adalah contoh dampak dari kehidupan manusia yang tidak-seimbang (dalam bahasa umumnya manusia sedang tidak harmonis dengan alam). 

Baiklah, sahabat, di tengah-tengah stres yang dihadapi saudara-saudara kita yang sedang bergumul dengan kabut-asap, yang di sana-sini bergumul dengan sumber air yang sudah menipis, yang bergumul tentang pembangunan sumber enerji berkelanjutan, strategi mengatasi "Climate Change", air bersih, dan beberapa target dan indikator dari SDGs (Sustainable Development Goals) yang tanggal 25 - 27 September 2015 lalu diperbincangkan banyak utusan negara di PBB, Anjani Gallery kali ini akan menyinggung soal matahari sebagai sumber enerji dalam berkarya seni pirografi.


Suatu fenomena yang menarik untuk disimak sejenak tentang seni pirografi yang menggunakan enerji matahari. Di provinsi Mountain, Filipina,adalah seorang seniman pirografi bernama Jordan Mang-osan (yang jelas dia bukan saudaranya Mang Ibing dari Sunda). Jordan Mang-osan menggeluti seni pirografi ini sejak umur 19 tahun, dia biasanya memakai bahan-bahan lokal dan menggunakan kaca pembesar (kaca-fokus) untuk mendapatkan sumber panas dari matahari, atau untuk gampangnya, sebut saja Solar-Pyrography. Topik ini sudah pernah disinggung dalam tulisan sebelumnya di blog ini tentang: “Mengenal Seni Pirografi". Lihat juga: http://www.visualnews.com/2014/10/07/painting-sun-solar-pyrography-drawings-jordan-mang-osan/

Mang-osan dan karyanya
Dalam beberapa tahun terakhir, bahkan sampai saat ini, paling tidak dari pantauan di media-sosial, seringkali didengar keluhan tentang listrik padam, PLN mati, PLN ngadat, PLN itu Perusahaan Lilin Negara, dan lain-lain keluhan yang maksud sebenarnya adalah tidak tersedia aliran listrik (sementara waktu). Dan sepertinya sudah bukan hal yang aneh lagi terdengar di negeri ini. Sementara di sisi lain, untuk melakukan aktivitas pirografi di saat ini jelas tergantung pada aliran listrik, karena perlu sejumlah Watt untuk memanaskan alat pirografi atau solder. Beberapa wilayah tertentu di pelosok pedesaan di Indonesia bahkan masih banyak yang belum tersentuh oleh aliran listrik sama sekali. Tentu situasi tanpa aliran listrik ini akan sangat mengganggu aktivitas dalam pengerjaan pirografi. Untuk itu, agar tetap bisa berkarya seni, Solar-Pyrography bisa memberi solusi ini. Solar-Pyrography selain lebih hemat (tanpa biaya listrik), juga bisa dikerjakan dimana pun kita berada, tanpa tergantung pada keberadaan aliran listrik (tentu hanya bisa dilakukan di siang hari). Anak-anak atau para insan yang tinggal di ujung kampung dan pelosok negeri dan dengan bahan-bahan kayu lokal pun tetap bisa berkarya seni pirografi.

Beberapa contoh video lainnya bisa diakses di link berikut ini:

https://www.youtube.com/watch?v=_Bo2JcSYOW4
Contoh gambar Burung Hantu sederhana.

https://www.youtube.com/watch?v=Fd5I-SU84L0
Contoh gambar Ikan Duyung dikombinasi dengan materi tambahan berupa kulit kerang sebagai seni tradisional.

https://www.youtube.com/watch?v=lYN57-L5ay0
Contoh karya Atabey seni tradisional tentang Taino mythology dari Caribbean.

https://www.youtube.com/watch?v=jyY5ON_td2I
Contoh gambar monster udang dari Jake Duncan, San Diego)

Hal yang perlu dicermati dari beberapa contoh karya seni solar-pyrography di atas adalah mengenai teknis Shading (gradasi polesan untuk memberikan image bayangan dan sinar) dan Detailing (goresan atau coretan pada lukisan yang rinci dan tegas terhadap suatu obyek tertentu). Secara teoritis, ketika kita bicara soal Carving (umumnya dipahami sebagai memahat/mengukir) kita bicara tentang tekstur kayu dan kontur obyek, bicara soal Painting (umumnya dipahami sebagai melukis), kita bicara soal keahlian dalam pencampuran warna (color mixing), bica soal Drawing (umumnya dipahani sebagai menggambar), kita bicara soal outlining atau arsiran garis-garis. Untuk seni pirografi, bisa mencakup ketiganya (carving, painting, drawing), dan secara khusus pada pirografi lebih menonjol unsur Shading dan Detailing. 

"Kepala Kuda" karya Julie Bender
Hal yang membuat "hidup" dari suatu karya seni pirografi adalah karena adanya shading dan detailing. Teknik shading bisa memainkan warna kayu, yaitu: putih (warna dasar kayu), krem atau coklat muda, coklat-tua, dan hitam (obyek terbakar sepenuhnya). Sementara untuk solar pyrography akan lebih mengalami kesulitan untuk memainkan warna atau mempraktekkan teknik shading. Yang kebanyakan terlihat adalah permainan "blocking-area", hitam dan tidak ada gradasi antara putih dan hitam, atau bahkan hanya sekedar outlining (garis-garis hitam saja). Teknik detailing juga akan mengalami kesulitan karena getar tangan dalam memfokuskan kaca pembesar cenderung akan kurang akurat ke obyek. Untuk mengatasi detailing ini, memang sangat mutlak diperlukan desain/mal yang detail/rinci, yang mana garis-garis pada desain bisa memandu kita secara perlahan dan hati-hati dalam proses pemanasan. Gambar kepala kuda karya Julie Bender adalah contoh pirografi dengan teknik shading dan detailing yang sangat bagus, oleh karena itu tidak heran kalau karya-karya Julie Bender bisa mencapai harga,4.000 Poundsterling (atau sekitar Rp.89 juta) per lembarnya walaupun ukurannya tidak besar. Lebih lengkapnya ulasan karya dia bisa dilihat di:  http://www.dailymail.co.uk/news/article-2106657/Wood-believe-The-stunning-artwork-created-burned-layers-maple.html 

"Little Anjani"
Lalu bagaimana caranya agar solar-pyrography bisa terkoreksi kualitasnya, secara khusus untuk memainkan teknik shading? Untuk melakukan polesan atau usapan yang bisa menggambarkan gradasi warna (gelap-terang), jelas sedikit kemungkinan di solar-pyrography. Satu-satu teknik yang bisa digunakan adalah dengan memainkan teknik "Pointing", yaitu membuat titik-titik tertentu, dimana besar dan kecilnya titik, serta kerapatan titik diatur sedemikian rupa untuk menggantikan image gradasi atau memanipulasi teknik shading. Gambar "Little Anjani" yang ada di Anjani Gallery, terutama jika kita amati pada bagian wajah, adalah contoh penggunaan teknik "Pointing". Gambar ini memang dibuat tidak menggunakan sumber-panas matahari, tapi menggunakan solder listrik biasa, dimana alat solder biasa ini hanya bisa dipakai untuk membuat titik (point) dan garis (line). Dengan teknik pointing ini, gradasi antara gelap dan terang masih bisa kita mainkan walaupun kita menggunakan solar pyrography. 

Demikian sharing singkat dari galeri tentang solar-pyrography dan beberapa tips untuk mengatasi kelemahannya. Semoga ini bermanfaat bagi kita semua.

Salam Pirografi !!!
Anjani Gallery/Okt-2015.