Saturday, September 26, 2015

Pirografi Owner Saung-Talaga

Akhir September ini Anjani Gallery menampilkan lukisan potert wajah Bapak Wisnu Santosa, pemilik galeri furniture antik, tempat pemancingan, kolam renang, dan rumah makan "Saung-Talaga"-Depok, dan Ibu Yani Santosa, pemilik salon "Kembang-Gula", depan ITC-Depok. Keduanya adalah pengusaha di Depok yang dikenal cukup sukses. Untuk mengenal Saung Talaga Resto dan Salon Kembang Gula, bisa diikuti link berikut:
https://id.foursquare.com/v/kembang-gula-salon--spa/4c5e88fe857ca59365f4cfcb


"Juragan Saga dan Nyi Selendang Kuning", 50 x 60 cm (NOT FOR SALE)

Salam Pirografi !!!
Anjani Gallery

Sunday, September 20, 2015

Menakar Harga Karya Pirografi


Secara umum, orang mengatakan bahwa karya-seni itu termasuk kebutuhan Tersier yang (biasanya) baru akan “diminati” seseorang setelah kebutuhan Primer dan Sekunder terpenuhi. Ada juga sebagian orang yang berkata bahwa karya seni itu kebutuhan “bergengsi”, kebutuhan untuk status-sosial tertentu, atau identik dengan hobby-nya orang kaya yang sudah "kelebihan duit" (walaupun tidak semuanya benar). Sama seperti para penggemar batu-akik, demikian juga para kolektor lukisan, kalau sudah "gandrung", berapa pun harganya akan dibayar. Jadi image dan stigma terhadap karya seni adalah barang yang MAHAL dan tidak masuk akal harganya, hanya buang-buang duit saja untuk memiliki atau menikmatinya, juga berimbas pada harga karya seni pirografi. Di luar kriteria nilai seni yang mungkin tidak masuk akal, sebenarnya ada juga beberapa kriteria yang bisa dijadikan pegangan dasar untuk menilai karya seni pirografi.

Lalu komponen apa saja yang dipakai untuk menetapkan karya seni pirografi (khususnya pada lukisan Pirografi)? Dari berbagai rujukan (berbagai sumber website tentang pirografi), diperoleh informasi bahwa rata-rata para seniman, galeri, atau studio seni menetapkan harga sebuah lukisan pirografi berdasarkan:

(1).Size (luas ukuran, luas area). Kebanyakan ukuran lukisan pirografi kecil-kecil, panjang atau lebar tidak lebih dari 50 cm, tidak seperti lukisan cat-minyak yang biasanya memakai canvas yang besar. Panjang atau lebar yang sudah lebih dari 50 cm biasanya sudah tergolong lukisan besar, dan yang pasti harganya juga tinggi. Luas ukuran ini disebut sebagai area yang dibakar (carving/burning).

(2). Time (Waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan). Misalnya di galeri Cate Mac Cauley membutuhkan 20 – 40 jam untuk menyelesaikan lukisannya. Dan setelah selesai dia membandrol harga $500  sampai > $800. Kalau dihitung angka terkecilnya saja: $500/20 jam = $25 per jam atau Rp.350.000 per jam kerja (dengan kurs $=Rp.14.000). Yang jelas ada korelasi antara Size dan Time, semakin luas ukuran lukisan, semakin lama waktu yang diperlukan untuk mengerjakannya, dan ini berarti semakin mahal pula harga lukisannya.
  
(3). Pattern (desain, pola, mal).  Ada yang menciptakan desain baru, ada juga yang memakai desain yang sudah  tersedia atau desain beli dari studio tertentu yang tinggal dipakai sebagai mal. Misalnya untuk lukisan foto-wajah (potret), para pirografer mesti men-desain atau membuat mal terlebih dahulu. Apakah membuatnya secara manual atau men-sketsa ulang di media bakar, atau menggunakan alat bantu komputer, itu tergantung jenis lukisan dan pilihan pirografer. Di galeri The Burning Artist, biasanya diperlukan 8 jam untuk mendesain (membuat pattern baru) dengan biaya design-time: $50. Yang prinsip di sini, desain adalah mutlak diperlukan dalam pirografi dan ini akan sangat berpengaruh sekali pada nilai artistik dari seni pirografi. Untuk beberapa desain yang beli dari studio atau galeri seni, contohnya bisa dilihat di gambar berikut (Ini sekedar sharing informasi dan bukan bermaksud ikut promosi). 
Contoh lebih lengkap tentang berbagai desain, mal, pola/pattern dan harganya bisa di-akses ke link:  Art Design Studio

Khusus untuk lukisan potret (foto wajah), misalnya di galeri Dangee's Pyrography menetapkan harga antara $350 sampai > $800 tergantung besar ukuran (size) dan ongkos kirim ditanggung pemesan. Harga di the Burning Artist  untuk ukuran 40 x 50 cm seharga $75 dan ukuran 50 x 75 cm seharga $104. Di Kreider Art, rata-rata harga lukisan pirografi termasuk lukisan potret adalah lebih dari $100.

Anjani Gallery mencoba memerinci komponen biaya (khusus untuk lukisan potret/foto-wajah) sebagai berikut:
1.  Biaya Tetap Produksi, yaitu termasuk biaya pengerjaan grafir per jam Rp.30.000 (untuk lukisan paling sederhana dibutuhkan paling tidak 2 jam kerja), lalu ada biaya watt-listrik untuk solder, biaya amplas, vernis, depresiasi peralatan, dan lain-lain.
2. Biaya Jasa Pengiriman Barang (termasuk biaya packaging paket dengan steroform). Untuk wilayah Jabodetabek biaya pengiriman barang gratis karena sudah dimasukkan dalam komponen harga, sedangkan wilayah non-Jabodetabek akan dihitung secara terpisah dan tersendiri sesuai tariff tujuan pengiriman.
3.    Biaya Bahan Baku, yaitu konversi harga plywood dalam ketebalan, jenis kayu-lapis, dan luas ukuran (size). Biaya ini dihitung dengan harga retail (eceran) karena pengadaan bahan ini tidak dalam jumlah banyak seperti pembelian untuk bahan bangunan.
4.  Biaya Desain Potret. Desain lukisan potret bersumber dari 1 file akan jauh lebih mudah daripada dari berbagai file sumber (misalnya untuk lukisan lebih dari 1 subyek orang), desain apa adanya sesuai file foto original akan lebih mudah daripada jika diperlukan tambahan kreasi atau permintaan khusus.
5.    Biaya Jumlah Subyek Yang Dilukis. Jelas berbeda enerji dan desain untuk melukis banyak wajah disbanding dengan melukis cuma 1 wajah.
6.  Biaya Pembingkaian. Ukuran dan jenis bingkai akan berbeda-beda harga, jenis bingai minimalis berbeda dengan jenis klasik bermotif, ukuran luas juga akan mempengaruhi harga bingkai, ketebalan lapis bingkai single akan berbeda dengan yang double.

Kita paham bahwa tentu masing-masing studio, galeri, seniman, kolektor akan menetapkan harga lukisan pirografi dari titik pijak masing-masing. Misalnya di Galeri Etsy lebih banyak karya seni pirografi dalam bentuk gift dengan harga yang masih banyak yang di bawah $100, di galeri Kreider Art rata-rata lukisan pirografi sudah di atas $100 dan kebanyakan lukisan ada tambahan pewarna. Di galeri Fine Art America produk-produk pirografi yang dijual dalam bentuk hasil berupa lembaran cetakan (print-out di kertas, di canvas, di kayu) dengan harga paling rendah $17 (duplikat), dan untuk produk original pirografi harganya bervariasi antara $50 sampai US$.3000. Dengan kurs dollar sekitar Rp.14.000,- kita bisa melihat betapa "kontras" harga lukisan pirografi di Fine Art America (gambar-gambar di sebelah kiri) di bawah ini dibanding harga lukisan di Anjani Gallery (gambar-gambar di sebelah kanan)



























Sedangkan berikut ini adalah beberapa contoh lukisan pirografi hasil karya Julie Berder yang harganya antara 1.000 sampai 4.000 Poundsterling (hampir Rp.90 jutaan)/lembar. 









Salam Pirografi !!
Anjani Gallery / Sep-2015

Friday, September 11, 2015

Pirografi Potret

Beberapa lukisan pirografi (pyrography, fire-painting, wood burning art) produk Anjani Gallery ditampilkan di bawah ini dalam berbagai ukuran dan sebagai acuan pembanding ukuran, bisa dilihat gambar korek-api hijau di bawahnya. Juga ditampilkan foto sumber ide di sebelahnya sebagai pembanding. Foto tersebut bisa berasal dari satu file bisa berasal dari berbagai file yang berbeda. Yang terpenting di sini, sumber foto harus berasal dari file foto dengan resolusi yang cukup tajam atau jelas. Karena sifat foto hanya sebagai sumber ide, maka foto tersebut tidak dilukis sama persis seperti fotonya, terutama untuk kreasi konteks benda dan suasana yang melingkupi wajah foto tersebut.

Pirografi foto wajah (potret) ini hanya sebagai contoh (bukan untuk dijual). Jika ada peminat yang ingin melakukan pemesanan, silahkan e-mail ke: wuriyantonugroho@gmail.com  atau WhatsApp ke nomor: 0813-1911 9455 atau 0813-1911 8891.

"Siblings", plywood 9 mm, 35 x 40 cm (NOT FOR SALE)

"Struggling Across Cultural", plywood 9 mm, 40 x 40 cm (NOT FOR SALE)

"Keeping Anjani", plywood 9 mm, 32 x 49 cm (NOT FOR SALE)

"Little Anjani", plywood 9 mm, 22 x 30 cm (NOT FOR SALE)

"Integrating Cultural", plywood 9 mm, 30 x 40 cm (NOT FOR SALE)

"A Happy Couple", plywood 9 mm, 22 x 30 cm (NOT FOR SALE)

"Couple", plywood 9 mm, 35 x 45 cm (NOT FOR SALE)

Contoh-contoh lukisan potret lainnya, plywood (NOT FOR SALE)

Salam Pirografi !!!
Anjani Gallery

Wednesday, September 9, 2015

Mengenal Seni Pirografi (Pengantar)

SENI PIROGRAFI

Tulisan dalam blog ini dimaksudkan sebagai kontribusi informasi awal atau sekedar berbagi pengalaman  dari Anjani Gallery dalam belajar dan belajar terus tentang seni Pirografi, mengingat di Indonesia seni pirografi masih dibilang hal langka.
 
Pyrography (Pyrogravure) atau Pirografi, adalah seni dekorasi kayu atau bahan lainnya dengan cara membakar tanda atau coretan-coretan yang dihasilkan dari alat yang dipanaskan secara terkendali. Lihat makna di http://dictionary.reference.com/browse/pyrography?s=t

Istilah ini berarti "menulis dengan api", dari pur Yunani (api) dan graphos (menulis). Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat khusus untuk pirografi modern, atau menggunakan logam yang dipanaskan dalam api, atau bahkan sinar matahari terkonsentrasi dengan lensa pembesar. Bahkan beberapa waktu lalu di media sempat diramaikan dengan adanya lukisan pirografi yang pembuatannya dengan memakai sulutan Rokok dan Obat-Nyamuk Bakar, lukisan pakai media jelaga (bahasa Jawa: "langes") api.
http://zuma.staff.umm.ac.id/2011/07/17/menakjubkan-lukisan-dari-obat-nyamuk-bakar-dan-bara-rokok/
http://global.liputan6.com/read/2303966/menakjubkan-melukis-dengan-media-api
http://www.kaskus.co.id/thread/519f73697e1243a44b000013/lukisan-jelaga-keren-banget-gan/
http://www.visualnews.com/2014/10/07/painting-sun-solar-pyrography-drawings-jordan-mang-osan/

"Pyrography berasal dari abad ke-17 dan mencapai standar tertinggi di abad ke-19. Saat ini pirografi bukan saja dikenal sebagai seni dekorasi atau berfungsi untuk memberi tanda pada sesuatu, tapi sudah lebih meluas lagi pengembangannya, bahkan di beberapa kalangan seniman sudah menyebutnya: Fire-Painting (Lukisan-Api). Anjani Gallery mengangkat istilah pirografi melalui media sosial (Facebook) dengan sebutan Lukisan-Bakar. Memang istilah ini bukan baku, sifatnya opsional dan hanya untuk memudahkan asosiasi (dalam arti keterkaitan imajinasi dan konteks, bukan dalam arti kelembagaan/organisasi), karena masih selalu mencari bentuk dan berkembang kreativitasnya. Kalau istilah ini enak ya silahkan dipakai, tapi kalau mau pakai istilah yang sudah banyak dikenal dan formal ya silahkan tetap pakai istilah Pirografi.

Pirografi kebanyakan diterapkan pada benda/media seperti kayu, kulit, dan cangkang labu. Sebelum melakukan pembakaran, media harus di-desain dahulu, atau dengan istilah awam dibuat Mal di media pirografi. Mal atau desain sangat mutlak diperlukan (sekali pun oleh seorang master pirografi), karena sekali media tertoreh oleh api dengan torehan yang salah, maka selanjutnya tidak bisa diperbaiki (kecuali sekedar kesalahan coret yang kecil).

Desain sebaiknya menggunakan Pensil-2B agar bekas-bekas coretannya nantinya mudah dihapus dengan kain lap dan bekasnya tidak menimbulkan luka menggores di permukaan obyek lukisan. Setelah desain selesai, lalu obyek atau media baru dibakar dengan alat pemanas (solder). Pada hasil akhir, ada orang yang mempercantik hasilnya dengan menambahkan warna tertentu, ada pula orang yang lebih suka membiarkan apa adanya tanpa ada warna tambahan.

Berbagai jenis kayu (kayu keras atau lunak, kayu beralur serat kasar, menonjol, atau lembut, kayu bercahaya terang atau gelap) akan memberikan efek cahaya gelap-terang yang berbeda-beda pula pada lukisan dan pilihan itu tergantung dari tujuan yang diinginkan oleh senimannya. Pirografi juga diterapkan pada barang-barang kulit seperti misalnya ikat pinggang atau dompet kulit. Pirografi juga populer di kalangan perajin kulit/cangkang labu, di mana desain yang dibakar ke bagian luar kering labu keras, biasanya dengan hasil yang dramatis. Kerajinan seni pada kulit/cangkang labu sendiri masih sangat langka di Indonesia, yang banyak dikenal di Indonesia kalau labu itu untuk dikonsumsi atau disayur, sehingga tidak banyak terpikir oleh petani untuk menanam labu tertentu yang bercangkang keras (misalnya labu botol) yang bisa dipasarkan sebagai bahan dasar kerajinan (craft). 

Beberapa contoh pirografi pada cangkang atau kulit Labu-Botol yang dibuat di Anjani-Gallery berupa kap-lampu dan vas bunga bisa dilihat di bawah ini:






Pengalaman dari Anjani Gallery (AG), pirografi di media labu-botol memerlukan ekstra konsentrasi dibanding di media kayu, mengingat sifat kulit labu-botol yang relatif lebih lunak, sensitif panas, dan tipis dibanding kayu. Selain itu, media labu botol permukaan kulitnya tidak datar (rata) seperti lembaran kayu, dan oleh karenanya perlu lebih dinamis dalam mengukirnya.

Selanjutnya, untuk keperluan pirografi modern, diperlukan alat grafir yang dipanaskan dari sumber listrik. Alat ini sudah banyak dijual di toko-toko khusus, yaitu bernama Wood Burning Tool. Alat ini cukup banyak jenis dan bervariasi pula harganya, dari ratusan ribu sampai lebih dari 3 juta rupiah per set. Untuk alat yang canggih dengan pengontrol panas digital misalnya, kita harus memesan secara online dari luar Indonesia. Sebagai pemula kita bisa juga menggunakan Solder listrik biasa yang banyak dijual di toko-toko elektronik atau alat-alat bangunan.

Gambar-7
Gambar-7 menunjukkan peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk menghasilkan beberapa karya pirografi baik yang berupa lukisan-bakar (fire painting) maupun kerajinan labu-botol (gourd craft) di Anjani Gallery (AG). Selain wood burning tool yang sederhana (sekitar 35 watt), yang dilengkapi dengan belasan jenis mata solder, juga kami tetap menggunakan Solder Listrik biasa sebagai pendukung (45 watt). 

Selain alat pemanas utama tersebut di atas, juga dibutuhkan perlengkapan pendukung lainnya, seperti Obeng, Tang, Cutter, Gunting, Solder holder (bisa juga memakai asbag kaca), Gergaji, Amplas, Vernis dan Kuasnya, Pewarna (bisa stabilo, water-color, cat acrylic, cat minyak), kain lap, pensil, penggaris, dll. 

Untuk melindungi mata diperlukan kaca mata, untuk melindungi asap atau uap minyak kayu akibat pembakaran, perlu juga masker atau penutup muka, untuk melindungi jemari tangan dari uap panas maupun sentuhan tidak sengaja dengan alat pemanas, diperlukan kaos-tangan (kalau tidak ada kaos tangan yang anti panas, minimal kaos tangan serat yang biasa).

Hal lain yang perlu diperhatikan saat proses pengerjaan atau menggarap lukisan dimana alat pemanas sedang dalam kondisi panas penuh, disarankan sebaiknya kita sedang dalam "suasana hati" yang tenang atau fokus/konsentrasi, atau tidak sedang gelisah karena sesuatu hal. Ketenangan dan fokus ini sangat membantu pada kualitas hasil maupun demi keamanan fisik. Oleh karena itu diusahakan ketika kita sedang mengerjakan lukisan, sebaiknya berada pada ruang yang aman (plus nyaman) atau diusahakan ruang/kamar tertutup, hindarkan anak-anak atau binatang peliharaan masuk ruang dan mengintervensi proses yang bisa membahayakan (misalnya secara tidak sengaja bersentuhan dengan alat dan menimbulkan luka terbakar, atau alat panas bersentuhan dengan benda sekitar yang mudah terbakar). Usahakan ketika meninggalkan pekerjaan untuk sementara atau seterusnya dalam waktu panjang, alat atau solder harus dicabut dari kontak listrik, atau sebelum meninggalkan garapan pastikan alat/solder sudah dalam kondisi dingin.

Vernis sangat diperlukan untuk melapisi hasil karya akhir pirografi. Vernis selain berfungsi sebagai pelindung permukaan, juga bisa memberi efek mengkilap. Namun demikian, untuk menggunakan vernis tetap diperlukan teknik khusus agar keindahan hasil akhir tidak berubah efek cahaya dan tampilannya. Hal ini mengingat, beberapa efek khusus dalam arsiran panas untuk menghasilkan efek gelap dan terang, seringkali hanya berupa serbuk-serbuk kayu yang terbakar tipis di bagian teratas saja dan tidak menempel mendalam ke media induknya. Ketika serbuk-serbuk tipis hasil bakaran itu disapu dengan cairan vernis, maka serbuk-serbuk itu akan hilang dan hasil karya tampak memudar. Sebaliknya, jika vernis tidak digunakan, maka hasil karya yang terbakar tipis tadi dalam waktu beberapa bulan kemudian akan rontok secara perlahan oleh alam (angin dan cuaca) dan hal ini akan berakibat hasil karya jadi memudar.

Demikian sementara sharing kami saat ini. Lain kesempatan kita sambung lagi.

SALAM PIROGRAFI !!! 
Anjani Gallery/Sep-2015.