SENI PIROGRAFI
Tulisan dalam blog ini dimaksudkan sebagai kontribusi informasi awal atau sekedar berbagi pengalaman dari Anjani Gallery dalam belajar dan belajar terus tentang seni Pirografi, mengingat di Indonesia seni pirografi masih dibilang hal langka.
Pyrography (Pyrogravure) atau Pirografi, adalah seni dekorasi kayu atau bahan lainnya dengan cara membakar tanda atau coretan-coretan yang dihasilkan dari alat yang dipanaskan secara terkendali. Lihat makna di http://dictionary.reference.com/browse/pyrography?s=t
Istilah ini berarti "menulis dengan api", dari pur Yunani (api) dan graphos (menulis). Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat khusus untuk pirografi modern, atau menggunakan logam yang dipanaskan dalam api, atau bahkan sinar matahari terkonsentrasi dengan lensa pembesar. Bahkan beberapa waktu lalu di media sempat diramaikan dengan adanya lukisan pirografi yang pembuatannya dengan memakai sulutan Rokok dan Obat-Nyamuk Bakar, lukisan pakai media jelaga (bahasa Jawa: "langes") api.
http://zuma.staff.umm.ac.id/2011/07/17/menakjubkan-lukisan-dari-obat-nyamuk-bakar-dan-bara-rokok/
http://global.liputan6.com/read/2303966/menakjubkan-melukis-dengan-media-api
http://www.kaskus.co.id/thread/519f73697e1243a44b000013/lukisan-jelaga-keren-banget-gan/
http://zuma.staff.umm.ac.id/2011/07/17/menakjubkan-lukisan-dari-obat-nyamuk-bakar-dan-bara-rokok/
http://global.liputan6.com/read/2303966/menakjubkan-melukis-dengan-media-api
http://www.kaskus.co.id/thread/519f73697e1243a44b000013/lukisan-jelaga-keren-banget-gan/
"Pyrography berasal dari abad ke-17 dan mencapai standar tertinggi di abad ke-19. Saat ini pirografi bukan saja dikenal sebagai seni dekorasi atau berfungsi untuk memberi tanda pada sesuatu, tapi sudah lebih meluas lagi pengembangannya, bahkan di beberapa kalangan seniman sudah menyebutnya: Fire-Painting (Lukisan-Api). Anjani Gallery mengangkat istilah pirografi melalui media sosial (Facebook) dengan sebutan Lukisan-Bakar. Memang istilah ini bukan baku, sifatnya opsional dan hanya untuk memudahkan asosiasi (dalam arti keterkaitan imajinasi dan konteks, bukan dalam arti kelembagaan/organisasi), karena masih selalu mencari bentuk dan berkembang kreativitasnya. Kalau istilah ini enak ya silahkan dipakai, tapi kalau mau pakai istilah yang sudah banyak dikenal dan formal ya silahkan tetap pakai istilah Pirografi.
Pirografi kebanyakan diterapkan pada benda/media seperti kayu, kulit, dan cangkang labu. Sebelum melakukan pembakaran, media harus di-desain dahulu, atau dengan istilah awam dibuat Mal di media pirografi. Mal atau desain sangat mutlak diperlukan (sekali pun oleh seorang master pirografi), karena sekali media tertoreh oleh api dengan torehan yang salah, maka selanjutnya tidak bisa diperbaiki (kecuali sekedar kesalahan coret yang kecil).
Desain sebaiknya menggunakan Pensil-2B agar bekas-bekas coretannya nantinya mudah dihapus dengan kain lap dan bekasnya tidak menimbulkan luka menggores di permukaan obyek lukisan. Setelah desain selesai, lalu obyek atau media baru dibakar dengan alat pemanas (solder). Pada hasil akhir, ada orang yang mempercantik hasilnya dengan menambahkan warna tertentu, ada pula orang yang lebih suka membiarkan apa adanya tanpa ada warna tambahan.
Berbagai jenis kayu (kayu keras atau lunak, kayu beralur serat kasar, menonjol, atau lembut, kayu bercahaya terang atau gelap) akan memberikan efek cahaya gelap-terang yang berbeda-beda pula pada lukisan dan pilihan itu tergantung dari tujuan yang diinginkan oleh senimannya. Pirografi juga diterapkan pada barang-barang kulit seperti misalnya ikat pinggang atau dompet kulit. Pirografi juga populer di kalangan perajin kulit/cangkang labu, di mana desain yang dibakar ke bagian luar kering labu keras, biasanya dengan hasil yang dramatis. Kerajinan seni pada kulit/cangkang labu sendiri masih sangat langka di Indonesia, yang banyak dikenal di Indonesia kalau labu itu untuk dikonsumsi atau disayur, sehingga tidak banyak terpikir oleh petani untuk menanam labu tertentu yang bercangkang keras (misalnya labu botol) yang bisa dipasarkan sebagai bahan dasar kerajinan (craft).
Pirografi kebanyakan diterapkan pada benda/media seperti kayu, kulit, dan cangkang labu. Sebelum melakukan pembakaran, media harus di-desain dahulu, atau dengan istilah awam dibuat Mal di media pirografi. Mal atau desain sangat mutlak diperlukan (sekali pun oleh seorang master pirografi), karena sekali media tertoreh oleh api dengan torehan yang salah, maka selanjutnya tidak bisa diperbaiki (kecuali sekedar kesalahan coret yang kecil).
Desain sebaiknya menggunakan Pensil-2B agar bekas-bekas coretannya nantinya mudah dihapus dengan kain lap dan bekasnya tidak menimbulkan luka menggores di permukaan obyek lukisan. Setelah desain selesai, lalu obyek atau media baru dibakar dengan alat pemanas (solder). Pada hasil akhir, ada orang yang mempercantik hasilnya dengan menambahkan warna tertentu, ada pula orang yang lebih suka membiarkan apa adanya tanpa ada warna tambahan.
Berbagai jenis kayu (kayu keras atau lunak, kayu beralur serat kasar, menonjol, atau lembut, kayu bercahaya terang atau gelap) akan memberikan efek cahaya gelap-terang yang berbeda-beda pula pada lukisan dan pilihan itu tergantung dari tujuan yang diinginkan oleh senimannya. Pirografi juga diterapkan pada barang-barang kulit seperti misalnya ikat pinggang atau dompet kulit. Pirografi juga populer di kalangan perajin kulit/cangkang labu, di mana desain yang dibakar ke bagian luar kering labu keras, biasanya dengan hasil yang dramatis. Kerajinan seni pada kulit/cangkang labu sendiri masih sangat langka di Indonesia, yang banyak dikenal di Indonesia kalau labu itu untuk dikonsumsi atau disayur, sehingga tidak banyak terpikir oleh petani untuk menanam labu tertentu yang bercangkang keras (misalnya labu botol) yang bisa dipasarkan sebagai bahan dasar kerajinan (craft).
Beberapa contoh pirografi pada cangkang atau kulit Labu-Botol yang dibuat di Anjani-Gallery berupa kap-lampu dan vas bunga bisa dilihat di bawah ini:
Pengalaman dari Anjani Gallery (AG), pirografi di media labu-botol memerlukan ekstra konsentrasi dibanding di media kayu, mengingat sifat kulit labu-botol yang relatif lebih lunak, sensitif panas, dan tipis dibanding kayu. Selain itu, media labu botol permukaan kulitnya tidak datar (rata) seperti lembaran kayu, dan oleh karenanya perlu lebih dinamis dalam mengukirnya.
Selanjutnya, untuk keperluan pirografi modern, diperlukan alat grafir yang dipanaskan dari sumber listrik. Alat ini sudah banyak dijual di toko-toko khusus, yaitu bernama Wood Burning Tool. Alat ini cukup banyak jenis dan bervariasi pula harganya, dari ratusan ribu sampai lebih dari 3 juta rupiah per set. Untuk alat yang canggih dengan pengontrol panas digital misalnya, kita harus memesan secara online dari luar Indonesia. Sebagai pemula kita bisa juga menggunakan Solder listrik biasa yang banyak dijual di toko-toko elektronik atau alat-alat bangunan.
Gambar-7 |
Selain alat pemanas utama tersebut di atas, juga dibutuhkan perlengkapan pendukung lainnya, seperti Obeng, Tang, Cutter, Gunting, Solder holder (bisa juga memakai asbag kaca), Gergaji, Amplas, Vernis dan Kuasnya, Pewarna (bisa stabilo, water-color, cat acrylic, cat minyak), kain lap, pensil, penggaris, dll.
Untuk melindungi mata diperlukan kaca mata, untuk melindungi asap atau uap minyak kayu akibat pembakaran, perlu juga masker atau penutup muka, untuk melindungi jemari tangan dari uap panas maupun sentuhan tidak sengaja dengan alat pemanas, diperlukan kaos-tangan (kalau tidak ada kaos tangan yang anti panas, minimal kaos tangan serat yang biasa).
Hal lain yang perlu diperhatikan saat proses pengerjaan atau menggarap lukisan dimana alat pemanas sedang dalam kondisi panas penuh, disarankan sebaiknya kita sedang dalam "suasana hati" yang tenang atau fokus/konsentrasi, atau tidak sedang gelisah karena sesuatu hal. Ketenangan dan fokus ini sangat membantu pada kualitas hasil maupun demi keamanan fisik. Oleh karena itu diusahakan ketika kita sedang mengerjakan lukisan, sebaiknya berada pada ruang yang aman (plus nyaman) atau diusahakan ruang/kamar tertutup, hindarkan anak-anak atau binatang peliharaan masuk ruang dan mengintervensi proses yang bisa membahayakan (misalnya secara tidak sengaja bersentuhan dengan alat dan menimbulkan luka terbakar, atau alat panas bersentuhan dengan benda sekitar yang mudah terbakar). Usahakan ketika meninggalkan pekerjaan untuk sementara atau seterusnya dalam waktu panjang, alat atau solder harus dicabut dari kontak listrik, atau sebelum meninggalkan garapan pastikan alat/solder sudah dalam kondisi dingin.
Hal lain yang perlu diperhatikan saat proses pengerjaan atau menggarap lukisan dimana alat pemanas sedang dalam kondisi panas penuh, disarankan sebaiknya kita sedang dalam "suasana hati" yang tenang atau fokus/konsentrasi, atau tidak sedang gelisah karena sesuatu hal. Ketenangan dan fokus ini sangat membantu pada kualitas hasil maupun demi keamanan fisik. Oleh karena itu diusahakan ketika kita sedang mengerjakan lukisan, sebaiknya berada pada ruang yang aman (plus nyaman) atau diusahakan ruang/kamar tertutup, hindarkan anak-anak atau binatang peliharaan masuk ruang dan mengintervensi proses yang bisa membahayakan (misalnya secara tidak sengaja bersentuhan dengan alat dan menimbulkan luka terbakar, atau alat panas bersentuhan dengan benda sekitar yang mudah terbakar). Usahakan ketika meninggalkan pekerjaan untuk sementara atau seterusnya dalam waktu panjang, alat atau solder harus dicabut dari kontak listrik, atau sebelum meninggalkan garapan pastikan alat/solder sudah dalam kondisi dingin.
Vernis sangat diperlukan untuk melapisi hasil karya akhir pirografi. Vernis selain berfungsi sebagai pelindung permukaan, juga bisa memberi efek mengkilap. Namun demikian, untuk menggunakan vernis tetap diperlukan teknik khusus agar keindahan hasil akhir tidak berubah efek cahaya dan tampilannya. Hal ini mengingat, beberapa efek khusus dalam arsiran panas untuk menghasilkan efek gelap dan terang, seringkali hanya berupa serbuk-serbuk kayu yang terbakar tipis di bagian teratas saja dan tidak menempel mendalam ke media induknya. Ketika serbuk-serbuk tipis hasil bakaran itu disapu dengan cairan vernis, maka serbuk-serbuk itu akan hilang dan hasil karya tampak memudar. Sebaliknya, jika vernis tidak digunakan, maka hasil karya yang terbakar tipis tadi dalam waktu beberapa bulan kemudian akan rontok secara perlahan oleh alam (angin dan cuaca) dan hal ini akan berakibat hasil karya jadi memudar.
Demikian sementara sharing kami saat ini. Lain kesempatan kita sambung lagi.
SALAM PIROGRAFI !!!
Anjani Gallery/Sep-2015.
Saya baru setengah bulan ini iseng2 nyoba belajar pirografi. Ternyata sangat mengasikkan menikmati prosesnya. Salam ^_^
ReplyDeleteOh iya...ada nggak ya semacam perkumpulan untuk para hobiis pirografi disini?
Saya coba browsing dari berbagai sumber, untuk di Indonesia belum ada kumpulan pirograper secara khusus. Beberapa yang nampak aktif pun hanya bisa dihitung jari. Kalau di FB, beberapa group memang ada dalam berbagai variasi keahlian, tapi bukan group Indonesia. Tanggal 16-25 Des 2016 ini Saya dan teman2 seniman Jawa-Bali menggelar pameran lukisan di Papuri ARTefak di Bandung. Beberapa senimannya juga ada yang mendalami pirografi dan bahkan di pameran tersebut Anjani Gallery nitip dipamerkan juga hasil pirografinya.
ReplyDeleteTetap kontak-kontak dan apabila Mbak Intan berkenan share hasil karyanya di blog ini, kami akan sangat senang sekali.
Salam kenal, tetap kontak, dan salam Pirografi Indonesia.
Anjani Gallery.
Kalo membuat mal/sket gambar dari kertas ke kayu cara paling mudah bagaimana mas? Thnx
ReplyDeleteKalo membuat mal/sket gambar dari kertas ke kayu cara paling mudah bagaimana mas? Thnx
ReplyDeleteSaya sudah mendalami media ini sejak pertengahan 2014.. Sampai sampai tugas akhir saya kala itu mengangkat judul ttg media ini, meskipun referensi berupa buku serta perupa yg berkaitan sangat sulit dtemukan.. Senang rasanya ternyata bisa membaca tulisan ini.. Semoga media ini terus maju, agar limbah kayu bisa maksimal dalam pemanfaatannya.. Salam phyrograpy indonesia..
ReplyDeleteKapan ya bs mengunjungi galery Anjani. Penasaran dan ingin pesan. Semoga 🙏
ReplyDeleteSaya mendalami media Pyrografhy ini masih dalam jangka waktu 8 bulan berjalan dab Alhamdulillah banyak sekali perubahan dari awal bulan sampai akhir bulan" ini, tapi kelemahan saya dalam mengembangkan seni Pyrografhy ini sulitnya manambah teman di area kota saya sangat minim dan hampir menurut saya tidak ada otomatis saya belajar autodidak tapi Alhamdulillah berkat dari temen" yg ada Facebook yang memberikan arahan bagaimana merakit alat pyro sampai bisa mengoperasikan nya.
ReplyDelete